Kesehatan Mental Anak

10 Persen Anak Usia Remaja Alami Gangguan Kesehatan Mental dan Emosional

Usia remaja masuk dalam usia rentan. Jika ada perubahan perilaku, orang tua harus waspadai ada gangguan kesehatan mental dan emosional.

Featured-Image
Perubahan perilaku pada remaja bisa jadi indikasi ada masalah kesehatan mental. Sumber: Freepik.

bakabar.com, JAKARTA - Usia remaja masuk dalam usia rentan. Jika ada perubahan perilaku, orang tua harus waspadai ada gangguan kesehatan mental dan emosional.

Salah satu masalah di anak usia remaja adalah kesehatan mental. Data menyebutkan 10 persen anak usia 15 hingga 24 tahun alami gangguan kesehatan mental dan emosional.

Data tersebut disampaikan oleh Ketua Satgas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Rodman Tarigan SpA(K), M.Kes. Dia mengingatkan para orang tua untuk mewaspadai perubahan perilaku yang mengindikasikan tanda-tanda timbulnya masalah kesehatan mental pada anak remaja mereka.

Dr. Rodman meminta orang tua dan lingkungan sekitar harus mampu merespons perubahan perilaku pada remaja. Menurut Dr. Rodman apabila remaja tiba-tiba berubah dari seseorang yang ceria menjadi lebih tertutup, menarik diri dari kegiatan sekolah dan teman-teman, serta sering mengeluh sakit fisik tanpa sebab yang jelas, hal tersebut bisa dicurigai sebagai perubahan perilaku yang mengindikasikan masalah mental pada remaja.

Baca Juga: Hati-hati, Memaksa Anak Berpengaruh Buruk pada Kesehatan Mentalnya

"Jadi kalau ada satu saja yang kita temukan, kita sebagai orang tua perlu menyadari bahwa ada perubahan perilaku dari anak tersebut," ujar Dr. Rodman dalam seminar media "Mendidik Remaja yang Kuat Secara Mental dan Sosial" seperti dikutip dari Antara, Senin (29/8).

Anak dengan masalah mental umumnya mengalami stres, depresi, bahkan melakukan tindakan-tindakan negatif seperti tawuran, kekerasan hingga mencuri.

Ajak Anak Bicara, dan Jadilah Pendengar yang Baik

Menurutnya, jika ada setidaknya satu tanda perubahan perilaku yang mencolok, langkah pertama yang harus dilakukan adalah berkomunikasi dengan remaja tersebut.

2,45 Juta Remaja di Indonesia Tergolong Orang dengan Gangguan Jiwa
Ilustrasi. Foto-Net

Berikan kesempatan kepada anak untuk berbicara tentang perasaan dan pengalaman yang dialami. Orang tua harus menjadi pendengar yang baik dan memahami permasalahan yang dihadapi remaja tersebut.

Orang tua juga harus memberikan dukungan yang kuat dan memastikan bahwa sang anak tidak sendirian menghadapi masalahnya. Selain itu, orang tua juga dapat mengenalkan anak pada aktivitas yang produktif dan positif.

Namun, Dr. Rodman tidak memungkiri bahwa pada sejumlah kasus terdapat remaja yang enggan berbicara tentang permasalahan mereka kepada orang tuanya. Hal ini bisa dipicu oleh kurangnya kepercayaan atau faktor lain yang memengaruhi hubungan.

Baca Juga: Semangat Tahun Ajaran Baru, Kesehatan Mental dan Fisik Nomor Satu

Jika hal tersebut terjadi, proses identifikasi akar permasalahan bisa menjadi lebih sulit dan membutuhkan kesabaran. Apabila orang tua merasa bahwa mereka tidak mampu menangani permasalahan sang anak, mencari bantuan dari ahli bisa menjadi pilihan.

Dr. Rodman mengatakan bahwa layanan konseling bisa dimanfaatkan untuk menangani remaja dengan masalah mental. Pemerintah telah menyediakan layanan konseling melalui program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di puskesmas, yang dirancang untuk memberikan dukungan psikologis kepada remaja.

"Itu sudah ada di semua puskesmas dan itu di-cover oleh BPJS. Apabila tidak bisa diatasi di puskesmas, itu akan dirujuk ke rumah sakit PPK (pemberi pelayanan kesehatan) 2, di situ ada dokter anak, mungkin juga layanan psikolog atau layanan dari psikiater," kata Dr. Rodman.

Editor


Komentar
Banner
Banner