bakabar.com, BANJARMASIN – Bawang putih menjadi salah satu komoditi penyebab inflasi di Kalimantan Selatan.
Meminjam data Badan Pusat Statistik (BPS), per 2 Maret 2020, Kalsel mengalami inflasi sebesar 0,08 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 105,41.
“Adapun pendorong inflasi di Banjarmasin seperti ikan gabus dan bawang putih. Untuk di Tanjung ada ayam ras dan bawang putih. Begitu pula di Kotabaru terdapat komoditi bayam dan bawang putih,” ucap Kepala BPS Kalsel, Diah Utami kepadabakabar.com, Selasa (3/3) siang.
Baca Juga: Corona Masuk Indonesia, Harga Emas Antam Tembus Rp 815.000 Per Gram
Bukan tanpa alasan, tingginya harga bawah putih di pasaran dikarenakan imbas dari sebaran virus corona.
Ketua Yayasan Perlindungan Konsumen (YLK) Kalimantan Selatan, Ahmad Murjani mengatakan lajunya tingkat inflasi Kalsel sepanjang Februari 2020 dikarenakan faktor pasokan komoditas bawang putih dari negara China.
“Mengingat sekitar 90 persen Indonesia impor bawang putih dari China. Dalam artian Indonesia ketergantungan dengan China,” sebutnya.
Untuk mengatasi masalah itu, kata dia, maka pemerintah daerah harus memaksimalkan produksi bawang putih domestik. “Ini merupakan antisipasi mengatasi kekosongan bawah putih ke depan,” tegasnya.
Adanya wabah virus corona ini, tegas dia, menjadi penyebab distribusi bawah putih tersendat. Terlebih, World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa bawang putih mempu mengobati pasien yang mengindap virus corona.
“Itu juga salah satu penyebab meningkatnya permintaan terhadap bawang putih, sedangkan barang terbatas. Maka berlaku hukum pasar,” bebernya.
Menurutnya, giat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bersama Disperindag sangat penting untuk melakukan operasi pasar. Dengan harapan, produk domestik mampu mengatasi inflasi bawah putih di Kalsel.
“Ini perlu dipikirkan agar Kalsel mampu memproduksi bawang putih sendiri dan tidak bergantung dengan produk impor,” pungkasnya.
Baca Juga: Bulog Jamin Beras Aman, Masyarakat Diminta Tidak Panik
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Syarif