bakabar.com, JAKARTA - Masa muda merupakan masa sempurnanya pertumbuhan fisik dan kekuatan seorang manusia. Maka ini merupakan nikmat besar dari Allah Ta'ala yang seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-sebaiknya untuk amal kebaikan guna meraih ridha Allah Ta'ala.
Nabi Muhammad SAW pun sangat menyukai pemuda yang taat dan senantiasa memperjuangkan agama Allah. Dakwah Rasulullah pun tak lepas dari peran para pemuda terbaik pada zaman beliau.
Dalam sebuah hadis Rasul bersabda, “Sebaik-baik umat manusia adalah zamanku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in), dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi, tabi’ittabi’in.”
Habib Idrus SalimAljufri pun menyatakan, umat Islam saat ini merupakan generasi Islam paling terakhir. “Lalu, apa kita bisa me nyamai kualitas mereka-mereka itu?” ujar dia dalam kajian di Masjid Ar-Rahim, Menara 165, Jakarta, belum lama ini.
Dia menegaskan, pemuda pada zaman Rasul sangat spesial serta paling luar biasa. Mereka selalu terikat sekaligus mencintai Allah dan Rasul-Nya. “Orang kalau sudah cinta akan mengikuti apa pun yang dicintainya. Jadi, para pemuda dahulu sangat taat mengikuti Allah dan Rasulullah,” kata dia.
Hal itu sesuai sabda Nabi, “Salah seorang di antara kalian tidak akan beriman sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya, bahkan seluruh manusia.”
Habib Idrus bercerita, pada masa Rasulullah, hidup seorang pemuda tampan dan kaya dari kaum Quraisy bernama Mush’ab bin Umair. Mush’ab sukses menjadi duta Islam pertama yang di kirim ke Madinah pada usia sekitar 20 tahun. “Dia diplomat luar biasa, gaya diplomasinya lebih hebat dibandingkan diplomat- diplomat masa kini. Cara dakwahnya mengalir, kalau dia ngobrol sama orang, orang tersebut langsung masuk Islam,” tutur Habib Idrus.
Ada pula kisah dua pemuda beliau yang berhasil berjihad me lawan Abu Jahal di Perang Badar, yaitu Muadz bin Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin Afra’. Masing-masing berusia sekitar 15 dan 16 tahun. Sahabat Nabi Abdurrahman bin Auf mengisahkan,
“Pada Perang Badar saya berada di tengah-tengah barisan para mujahidin. Ketika saya menoleh, ternyata di sebelah kiri dan kanan saya ada dua orang anak muda belia, seolah saya tidak bisa menjamin mereka akan selamat da lam posisi itu. Tiba-tiba, salah se orang dari kedua pemuda ini ber bisik kepada saya, ‘Wahai paman, manakah yang bernama Abu Ja hal?’ Pemuda yang bertanya ini adalah Muaz dari kalangan Anshar, dirinya belum pernah meli hat Abu Jahal.'”
Abdurrahman lalu bertanya, apa yang akan mereka berdua la kukan pada Abu Jahal. Tanpa ragu, Muadz menjawab, “Saya mendapat berita, ia (Abu Jahal) merupakan orang yang pernah mencaci maki Rasulullah SAW. Demi Allah yang jiwa saya dalam genggaman-Nya! Jika saya melihatnya, pupil mata saya tidak akan berkedip memandang hingga salah seorang di antara kami terlebih dahulu tewas (syahid).”
Sesuai tekad mereka, saat melihat Abu Jahal, kedua anak muda tersebut diriwayatkan langsung menebas paha Abu Jahal hingga putus dan terjatuh. Itu bukti kehebatan para pemuda di masa Rasul.
“Maksud saya, ketika seorang pemuda cinta dan terikat sama Allah dan Rasul, ketaatannya akan dahsyat. Kalau sekarang kita masih lebih cinta ke artis-artis daripada ke Rasul, ya jangan harap jadi
pemuda yang mau bangkitkan Islam, sebab Islam tidak akan bangkit dari pemuda kayak gitu,” tegas Habib Idrus.
Apabila ingin menjadi pemuda yang bangkit, poin pertama harus mencintai Allah dan Rasul-Nya. Caranya, perbaiki ibadah serta tingkatkan keimanan. Habib Idrus mengungkapkan, anak muda saleh memiliki posisi tinggi dalam Islam.
Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Yaitu, imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Tuhannya, seseorang yang hatinya bergantung pada masjid, dua orang saling mencintai yang bertemu dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diminta (digoda) seorang perempuan yang memiliki pangkat dan berparas cantik namun ia berkata ‘sungguh aku takut Allah’, lalu seorang laki-laki yang menyedekahkan hartanya secara sembunyi-sembunyi sampai tangan kirinya tidak tahu, dan seseorang yang menyebut atau mengingat Allah ketika sendiri hingga kedua matanya menangis.”
“Maka, ayo bangkit anak mu da! Perbaiki masa muda kita mulai sekarang!” ujar sang habib. Ia menambahkan, jika ingin menjadi generasi muda dambaan Rasulullah, harus memiliki sifat gelisah. Tapi, bukan gelisah yang sepele, melainkan kegelisahan besar.
“Jangan gelisah cuma karena pulsa habis atau bensin habis. Jadilah pemuda yang gelisahnya nggak cemen, seperti Muhammad Al Fatih atau Salahuddin Al Ayyubi. Jadi gelisahnya harus tinggi, misal, bagaimana membuat perubahan di negeri kita,” kata Habib Idrus.
Sumber: Khazanah Republika.co.id
Editor: Aprianoor