bakabar.com, TANJUNG SELOR - Pada Juli 2019, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), khususnya Kota Tarakan mengalami deflasi sebesar minus (-) 0,64 persen atau terjadi perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 150,66 pada Juni 2019 menjadi 149,70 pada Juli 2019.
Selain itu, inflasi tahun kalender sebesar 1,56 persen dan inflasi tahun ke tahun pada Juni 2019 sebesar 3,89 persen.
Demikian sesuai rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara, tentang Perkembangan IHK/Inflasi Provinsi Kaltara Juli 2019 per 1 Agustus 2019.
Disampaikan Gubernur Kaltara Irianto Lambrie, sesuai laporan BPS, deflasi tersebut dipengaruhi oleh penurunan harga kelompok transportasi dan komunikasi sebesar -2,32 persen dan kelompok bahan makanan sebesar -2,03 persen.
Sementara itu, kelompok pendidikan, rekreasi dan komunikasi mengalami kenaikan harga sebesar 3,89 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,46 persen, kelompok sandang sebesar 0,17 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,10 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,04 persen.
Pada bulan lalu, sebutnya kelompok pengeluaran yang memiliki andil yang dominan terhadap deflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar -0,5485 persen.
Diikuti kelompok transportasi dan komunikasi sebesar -0,3387 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang memiliki andil dominan terhadap inflasi adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,1943 persen.
Diikuti kelompok kesehatan sebesar 0,0209 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,0170 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,0087 persen.
Selanjutnya kelompok sandang sebesar 0,0084 persen. Kondisi ini menempatkan Kaltara sebagai kota dengan deflasi tertinggi di regional Kalimantan.
"Kondisi kota-kota lain yang berada di Pulau Kalimantan di luar Kota Tarakan, menurut analisis BPS yakni inflasi tertinggi terdapat pada kota Samarinda sebesar 0,59 persen, kemudian kota Tanjung sebesar 0,18 persen dan kota Singkawang sebesar 0,13 persen. Sedangkan kota yang mengalami deflasi tertinggi setelah Kaltara adalah kota Sampit sebesar -0,26 persen. Diikuti kota Palangkaraya sebesar -0,24 persen, kota Pontianak Sebesar -0,10 persen, kota Banjarmasin sebesar -0,09 persen dan Kota Balikpapan sebesar -0,08 persen," urai Gubernur.
NERACA DAGANG MASIH SURPLUS
Neraca perdagangan kegiatan ekspor-impor melalui pelabuhan di Kaltara tetap menunjukan nilai yang positif (surplus).
Pada Juni 2019 neraca perdagangan surplus sebesar USD 50,53 juta. Tercatat, pada Juni 2019 nilai ekspor di Kaltara mencapai USD 57,65 juta, sementara impor sebesar USD 7,13 juta.
"Nilai total ekspor Kaltara dari Januari hingga Juni 2019, dari catatan BPS mencapai USD 485,96 juta, dan impor sebesar USD 41,18 juta," ungkap Irianto.
Hampir seluruh komoditas ekspor melalui pelabuhan di Kaltara pada Juni 2019 adalah barang non minyak dan gas bumi (Migas). Begitu pula dengan nilai impor, yang didominasi oleh komoditi barang non migas.
Baca Juga: Selasa Pagi, Rupiah Loyo ke Level Rp 14.338 per Dolar AS
Baca Juga: Benih Bermutu, Penentu Hasil Produksi Cabai
Sumber: Humas
Editor: Fariz Fadhillah