bakabar.com, BARABAI – Warga Desa Buluan, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) menyiapkan sebanyak 100 Meriam Karbit untuk memeriahkan Hari Raya Idul Fitri nanti. Tepatnya di hari kedua.
Baca Juga: Tiga Kapal DLU Disiapkan untuk Arus Mudik di Batulicin
Ketua Pelaksana Kegiatan Tempur Mariam Karbit, Basirin kepad bakabar.commengatakan hingga hari ke 10 Ramadan warga masih menyiapkan 80 batang pohon aren untuk dijadikan meriam.
“Nanti untuk jaga-jaga kita tambah lagi sehingga jumlahnya mencapai seratus lebih,” kata Basirin pada bakabar.com.
dijelaskan Basirin, membuat meriam tersebut memakan waktu yang lama dan menguras tenaga. Bahkan sebelum Ramadan, warga Buluan sudah disibukkan dengan pembuatan meriam.
Selain menyita waktu dan menguras tenaga, pembuatannya meriam juga memakan biaya yang tidak sedikit. Hingga saat ini, khusus warga desa Buluan saja sudah mengeluarkan dana puluhan juta untuk pembuatannya.
Membuat Meriam Karbit diawali dengan mencari pohon aren di pelosok-pelosok HST. Pohon-pohon aren yang dicari adalah yang ketinggiannya lebih dari 13 meter. Satu pohon ditaksir biaya sekitar Rp1 juta.
Di desa Buluan, pohon aren yang didapatkan ditebang dan dibelah menjadi dua bagian. Pembelahan dilakukan dengan hati-hati, yakni memakai pahat.
“Berbeda antara menggunakan pahat dan gergaji. Kalau dipahat mudah dirakit jadi satu tidak ada celah keluarnya angin dari uap karbit yang nantinya membuat bunyi meriam tidak bagus,” kata Basirin.
Setelah dibelah, serat yang ada di tengah dibuang menggunakan sekop hingga menghasilkan diameter lubang antara 1/2 meter sampai 1 meter. Selesai dibersihakn, batang yang dibelah dirakit kembali menjadi satu layaknya batang aren utuh.
Namun, terdapat rongga di dalamnya, dan di bagian tertentu dibuat lubang kecil untuk menyulut api.
Tahapan selanjutnya, sambung Basirin adalah membabat (mengikat). Di tahap inilah, menurut dia yang banyak memakan waktu. Tujuan pembabatan tersebut adalah untuk mengokohkan meriam, sehingga kuat untuk dipakai nanti.
“Dibabat dengan kulit bambu yang masih muda supaya tidak pecah atau terbelah ketika dibunyikan," kata Basirin.
Pembabatan terbilang rumit. Bambu untuk membabat satu batang aren mencapai 100-150 babatan dengan menggunakan 6 sampai 7 bambu muda.
“Itupun harus memisahkan kulit dari daging bambu. Kulitnya yang hijau itulah yang digunakan sebagai pembabat batang aren tadi,” jelas Basirin.
Selain menyiapkan meriam dari pohon aren, pihaknya juga menyiapkan "bahan peledak" agar meriam berbunyi nyaring, yakni karbit. Tidak tanggung-tanggung, warga Buluan sudah menyiapkan sebanyak 12 drum dengan berat 1200 kg dengan harga 24-26 juta.
“Nanti setelah jadi meriamnya, itu kita coba membunyikan seminggu sebelum Idul Fitri. Jadi hasilnya kelihatan, yang mana tidak kuat, maka akan dibabat (diikat) ulang meriamnya,” jelas Basirin.
Lebih lanjut Basirin mengungkapkan, tidak hanya Desa Buluan yang menyediakan meriam, Desa Pandawan, Jatuh, dan Kambat pun demikian.
“Kalau tahun sebelumnya lebih banyak, lebih dari seratus meriam. Karena tiap desa menyediakan sendiri di Kecamatan Pandawan ini. Sekarang kita terpusat di Buluan,” jelas Basirin.
Adapun di hari pelaksanaannya, warga akan membawa meriam-meriam itu ke tengah sawah jauh dari permukiman warga. Dengan berjarak sekitar 30 meter, meriam-meriam itu diletakan berseberangan layaknya terjadi peperangan.
Untuk diketahui, penyelanggaraan acara tersebut sudah mengantongi izin dari berbagai instansi, diantaranya Polres, Kodim dan Pemerintah Kabupaten di HST.
“Kita juga bertanggung jawab kepada masyarakat atas terjadinya kerusakan seperti kaca rumah yang pecah. Juga warga yang tidak tahan dengan suaranya akan kami ungsikan sementara satu malam ketika Idul Fitri yang kedua itu,” ujar Basirin.
Baca Juga: Acer Indonesia Bagi Berkah Ramadan
Reporter: AHC 11Editor: Muhammad Bulkini