Tak Berkategori

Sejarah Amerongen (3); Bagian Strategi Politik Belanda

apahabar.com, BANJARMASIN – Kampung Amerongen menjadi bagian penting dalam strategi politik Belanda. Pemerintah Hindia Belanda mengkhususkan…

Featured-Image
Tugu Peringatan Perang Banjar, penanda kemenangan Pemerintah Hindia Belanda di Perang Banjar. Foto-Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN - Kampung Amerongen menjadi bagian penting dalam strategi politik Belanda. Pemerintah Hindia Belanda mengkhususkan kampung di tengah-tengah kota itu untuk dihuni tentara mereka.

Ketua Kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya Kalimantan (LKS2B), Mansyur mengungkapkan, Pemerintah Hindia Belanda mulai menerapkan segregasi (pemisahan) pemukiman penduduk berdasarkan etnik. Pusat benteng pertahanan terletak di Tatas.

Baca Juga: Sejarah Amerongen (2); Kampung Eropa di Banjarmasin yang 'Terlupakan'

Selanjutnya sebagai pusat kota adalah pemukiman warga Eropa, khususnya di Jalan Resident de Haanweg (Jalan Lambung Mangkurat). Sementara pemukiman tentara Belanda dipusatkan di Kampung Amerongan. Wilayah pemukiman lain yang berdekatan adalah wilayah pemukim dari etnis Jawa dengan sebutan Kampung Jawa.

Kemudian di seberangnya, terdapat pemukiman di tepian Sungai Martapura (sekarang Jalan Pierre Tendean) yang disebut Chineezen Kamp atau Kampung Pecinan. Sementara di wilayah Pasar Lama, dihuni etnis asal Sulawesi yakni Kampung Bugis. Selanjutnya, wilayah Antasan Kecil Barat yang menjadi kawasan kediaman etnis Arab (Kampung Arab), serta beberapa kampung lainnya.

"Pembangunan rumah Residen di Kampung Amerongan, yang di sebelah hilirnya terdapat benteng Tatas, memang cukup strategis," kata Mansyur.

Pemerintah Hindia Belanda dapat melakukan pengawasan terhadap aktivitas Sultan Tamjidullah II yang bermukim di istana (Dalem) Kampung Keraton (Sungai Mesa)

"Kampung Keraton ini adalah nama awal sebelum diubah menjadi Kampung Sungai Mesa yang didirikan Kiai Maesa Jaladri (Anang putera Tumenggung Suta Dipa). Pada kampung Sungai Mesa juga terdapat kediaman Menteri Besar Kiai (Mesa) Maesa Jaladri dan Balai Kaca," jelasnya.

Pada masa Hindia Belanda (di sekitar lokasi Pembangunan Tugu Nol Kilometer Banjarmasin sekarang), terdapat tugu Peringatan Perang Banjar. Tugu dengan arsitektur kolonial bergaya gothic ini sebagai simbol kemenangan Pemerintah Hindia Belanda pada Perang Banjar dalam versi dokumen Belanda hanya berlangsung empat tahun (1859-1863).

Pada tahun 1918-1919, Banjarmasin selain sebagai ibukota Residentie Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo juga berstatus Gemeente-Raad. Karena itulah, jalan di Kampung Amerong diperbaiki.

Satu versi menyeburkan, jalan yang melintas di Kampung Amerong ini dulunya dinamakan Jalan Karel van de Heijden. Berdasarkan Peta Kota Besar Bandjarmasin yang dibuat tahun 1970-an, setelah masa kemerdekaan jalan ini berubah nama menjadi Jalan Tugu dan terakhir bernama Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Antasan Besar, Kecamatan Banjarmasin Tengah.

Baca Juga: Sejarah Amerongen (1); Kampung di Banjarmasin yang Terinspirasi Eksotisme Negeri Tulip

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner