Tak Berkategori

Kisah Husni, Pembuat Alat Musik Panting di Sungai Lulut Hingga Tembus Pasar Eropa

apahabar.com, BANJARMASIN – Siapa yang tak kenal alat musik panting. Bagi warga Kalimantan Selatan, panting merupakan…

Featured-Image
Alat musik Panting dari Muhammad Husni yang siap di pasarkan. Foto-apahabar.com/Ahc04.

bakabar.com, BANJARMASIN – Siapa yang tak kenal alat musik panting. Bagi warga Kalimantan Selatan, panting merupakan alat tradisional salah satu ikon kebanggaan daerah.

Memiliki senar, bentuknya layaknya sebuah gitar, tapi kecil. Hampir mirip dengan gambus dari negeri Arab. Kesamaannya di antra ketiganya yakni sama-sama dimainkan dengan cara dipetik.

Alat musik panting terdiri dari empat senar. Suaranya khas dan belakangan kerap dimainkan secara bersamaan dengan alat musik lainnya. Sehingga melahirkan irama syahdu.

Pembuat alat musik ini boleh dikata sedikit. Namun dari sekian pengrajin itu, bakabar.com berkesempatan berkunjung ke tempat salah satu pengolahnya, Minggu (28/04/2019).

Ia adalah Muhammad Husni. Pria berusia 40 tahun ini ditemui di rumah sekaligus tempat membuat panting, Jl Komplek Graha Sejahtera Blok J No 4, Sungai Lulut, Kabupaten Banjar.

Baca Juga: UNBK 2019 di Kalsel, Banyak Ruang SMP Belum Ideal

Namanya cukup terkenal. Dedikasinya mengembangkan alat kesenian berasal dari Tapin ini, membuat Husni dianugerahi gelar Astapran dari Kesultanan Banjar. "Sudah sepuluh tahunan saya membuat panting," kata Husni.

Dalam pembuatannya, bahan utama panting, kata Husni dari pohon buah nangka. Kayunya awet dan kuat, serta mudah dibentuk.

Kayu tersebut dia beli dari Pelaihari, Kabupaten Tanah laut. Cara membuatnya pun masih manual. Menggunakan pahat dan palu. Kemudian diukir sesuai desainnya.

Panting sendiri ada dua jenis. Yaitu Panting Kepala Naga dan Panting Sampung Tambangan. Perbedannya, kata Husni, hanya terletak di ujung panting.

Selama ini peminat alat musik panting cukup banyak. Bukan hanya lokal, tapi juga ke Eropa.

Husni memasarkan dari mulut ke mulut. Khususnya teman kenalannya. Melalui mereka, kadang pesanan datang dari instansi pemerintah dan sekolah-sekolah di Kalsel.

Apalagi kini, Husni mengaku beruntung dengan adanya media sosial. Sehingga, membuatnya semakin leluasa memasarkan alat musik panting.

"Kadang teman datang ke sini atau lewat facebook. Bahkan, pernah pelajar dari Belanda beli di sini," ungkap Husni.

Harga yang di tawarkan oleh Husni cukup beragam, sesuai jenisnya. Untuk model biasa harganya Rp1.000.000. Kemudian yang bisa disambungkan ke sound system harganya Rp1.250.000. Sedangkan yang bisa disambungkan dengan equalizer harganya lebih mahal, yakni Rp1.500.000.

Baca Juga: Suka Duka Hartati, 16 Tahun Jual Kembang di Makam Datu Nuraya Desa Tatakan Tapin

Terlepas dari itu, Husni pun berharap agar generasi milenial lebih perduli akan kelestarian budaya yang dimiliki Kalsel. Caranya kata Husni, dengan memperkenalkan alat musik panting ke sekolah-sekolah dalam mata pelajaran kesenian.

"Jangan sampai punah kesenian kita ini, mari yang muda yang meneruskan warisan Banua kita," ajak Husni.

Reporter: Ahc04
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner