bakabar.com, BANJARMASIN - Tuan Guru H Abdul Qadir Hasan Al Banjari atau yang dikenal dengan Guru Tuha berjasa besar dalam dunia pendidikan, politik, dan keamanan.
Sebagaimana disebutkan website resmi Pondok Pesantren Darussalam Martapura pp-darussalam.com, Guru Tuha berjasa besar dalam dunia pendidikan. Beliau merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam yang ke 4, yakni pada tahun 1940-1959 M.
Baca Juga:Mengenang Abah Guru Sekumpul (16), Sikap Beliau dalam 'Politik'
Kepemimpinan beliau bertepatan dengan masa pendudukan Jepang. Pondok sempat direbut paksa dan dijadikan asrama tentara jepang. Namun, oleh Guru Tuha, proses belajar-mengajar tetap dijalankan dengan menjadikan rumah-rumah pengajar sebagai tempatnya.
Kondisi itu terus berjalan hingga Jepang keluar dari Indonesia di tahun 1945.
Guru Tuha pun kemudian melanjutkan dakwah yang dijalankan pimpinan terdahulu, Syekh Muhammad Kasyful Anwar, dengan mengirim pengajar-pengajar Pondok Pesantren Darussalam ke penjuru Kalimantan untuk menjadi pendakwah.
Di antara pengajar yang tinggal di tempat baru tersebut, kemudian mendirikan sekolah yang berafiliasi dengan Pondok Pesantren DarussalamMartapura.
Di ranah organisasi, Guru Tuha adalah pendiri sekaligus Pimpinan Pertama Nahdlatul Ulama di Kalimantan Selatan. Dengan keberadaan NU yang didirikan beliau, permasalahan umat mudah diatasi dengan berbagai program yang dijalankan organisasi tersebut.
Di antara program tersebut adalah pertemuan rutin para ulama di Martapura dan sekitarnya setiap sebulan sekali, dengan agenda membahas persoalan agama dan sosial yang timbul di masyarakat. Program tersebut dikenal dengan Bahtsul Masail. Acara itu kemudian ditutup dengan tahlilan, atau yang disebut dengan lailatul Ijtima.
Hasil bahtsul masail itu kemudian disebarkan ke masyarakat sebagai solusi bagi permasalah mereka.
Dengan keberadaan NU di Kalsel, tidak saja mengurai permasalahan keagamaan dan sosial, tapi juga membantu keamanan daerah.
Jasa Guru Tuha dalam hal keamanan daerah sangat besar. Pada masa revolusi kemerdekaan, beliau bertindak sebagai sesepuh gerakan gerilya di Kalimantan, memberikan semangat dan kekuatan moril bagi para pejuang gerilya yang berusaha mengusir tentara Belanda yang kembali hendak menjajah tanah air.
Pada tahun selanjutnya, awal kemerdekaan RI beliau turut aktif memulihkan keamanan bersama-sama Tuan Guru H Zainal Ilmi Dalam Pagar Martapura dari tangan-tangan pemberontak.
Guru Tuha dilahirkan di Desa Tunggul Irang pada tahun 1891 M. Belajar pada banyak ulama dari berbagai daerah hingga ke Makkah Al Mukarromah. Di antara guru beliau, Syekh Muhammad Kasyful Anwar Al Banjari, Syekh Hasyim Asy'ari (Pendiri NU), dan Syekh Kholil Bangkalan Madura.
Beliau wafat pada Sabtu 11 Rajab 1398 H bertepatan dengan 17 Juni 1978 M. Jenazah beliau dimakamkan di kediaman di Desa Pasayangan, Martapura, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.
Editor: Muhammad Bulkini