bakabar.com, BANJARMASIN - Belum lama ini, arsip kepresidenan Turki mengungkap sebuah surat kuno yang romantis dari Hurrem untuk Sultan Suleiman.
Dilansir dari Republika, surat cinta itu mengungkap perasaan Hurrem pada Sultan Suleiman yang tengah pergi ke medan perang. Di dalamnya, juga menguak alasan sang ratu masuk Islam karena sang raja.
Pengarsip menyebut surat-surat itu merupakan salah satu contoh terbaik dari puisi dan prosa Turki di era Kekaisaran Ottoman.
Baca Juga:Relawan Posko Ami Guntung Alaban Siapkan Toilet Umum dan Tempat Parkir
Sultan Suleiman dianggap banyak sejarawan sebagai sultan Utsmani paling sukses. Dia memerintah dari 1520 hingga 1566. Selama kepemimpinannya, Suleiman berani menunjukkan kampanye militer, yang memperluas ranah serta perkembangan di bidang hukum, sastra, seni dan arsitektur.
Kisah cinta antara Sultan Sulaiman dengan istrinya, Hurrem dikenal sebagai kisah cinta fenomenal. Lantaran, Hurrem adalah mantan budaknya. Meski berasal dari seorang budak, Hurrem dikenal sebagai salah satu tokoh wanita paling berpengaruh dalam Sejarah Ottoman.
Dikisahkan, Hurrem datang ke kerajaan harem (selir, red) sebagai seorang gadis budak berusia 15 tahun.
Hurrem kemudian menarik perhatian Sultan Suleiman dan lantas dipersunting Sang Raja. Suleiman rela melanggar protokol kerajaan demi menjadikan Hurrem sebagai istri sahnya.
Namun, sudah menjadi norma bagi para Sultan untuk meninggalkan seorang selir setelah si perempuan melahirkan seorang putra. Hal itu agar tidak mengalihkan perhatiannya dari membesarkan sultan masa depan.
Dari pernikahannya dengan Hurrem, Suleiman dikaruniai enam anak. Mereka di antaranya Sehzade Mehmed, Mihrimah Sultan, Sehzade Abdullah, Sultan Selim II, Sehzade Bayezid, dan Sehzade Cihangir. Putranya, Selim, kemudian menggantikan Suleiman di kerajaan.
Berikut sebagian isi surat cinta Hurrem kepada Sultan Suleiman:
“Saya tersesat di alam semesta ini yang diciptakan oleh Tuhan kita. Saya menjalani tahun-tahun terbaik saya di bawah perlindungan anda, seperti mutiara di kotak perhiasan anda.Terimalah penyesalan ini dari budakmu yang tak berdaya dan menyedihkan, menderita karena ketidakhadiranmu.
Aku hanya menemukan kedamaian di sampingmu. Kata-kata dan tinta tidak akan cukup untuk mengatakan kebahagiaan dan kegembiraanku, ketika aku berada tepat di sampingmu.
Kenangan tentang hari-hari yang kita habiskan bersama, saat-saat yang kita bagikan, mengisi hati pelayanmu. Aku menghibur diriku dengan ingatan-ingatan ini selama kamu tidak ada. Aku lemah ketika engkau pergi. Tidak ada yang bisa meringankan rasa sakitku.
Hidupku, Tuhanku, Sultan tersayang, satu-satunya doaku kepada Allah adalah melihat wajah ceriamu lagi. Tidak ada lagi pemisahan mulai sekarang.Saya berharap dari Tuhanku bahwa Sultan saya, orang yang saya cintai, akan selalu bahagia di dunia dan di akhirat.
Kamu selalu mendapatkan kemenangan melawan musuhmu. Aku tahu betul bahwa sultanku jatuh cinta pada budak ini dalam takdir.Menyeka air matanya..Membuatnya bahagia..aku memilih Islam karena dia. Karena itulah, aku hanya bisa bahagia di sekitarmu. Aku mengirimimu salah satu pakaianku yang basah oleh air mataku. Tolong kenakan, untukku.
Hurrem menulis surat ini pada 1526. Tak hanya bertulis surat, ia juga mengirim pakaiannya yang dibasahi air mata. Ia mengakhiri suratnya dengan kata-kata:“Aku hanya menginginkan kebahagiaan bagimu, di kedua dunia. Budakmu yang miskin dan lemah, Hurrem.”
Baca Juga:Pengobatan untuk Relawan dan Jemaah Haul Guru Sekumpul Digratiskan
Editor: Muhammad Bulkini