Tak Berkategori

Walau Terkikis Zaman, Pedagang Pasar Sentral Antasari Tetap Eksis

apahabar.com, BANJARMASIN – Pasar tradisional biasanya identik dengan kotor, becek, bau, dan menjijikan. Namun fenomena tersebut…

Featured-Image
Geliat pedagang Pasar Sentral Antasari ditengah kemajuan dunia jual beli. Foto-apahabar.com/Bahaudin Qusairi

bakabar.com, BANJARMASIN – Pasar tradisional biasanya identik dengan kotor, becek, bau, dan menjijikan. Namun fenomena tersebut tidak tampak di Pasar Sentral Antasari Banjarmasin.

Lokasi strategis, berada dekat terminal angkutan kota, menjadi segmen pendongkrak, pasar yang terletak di jalan Pangeran Antasari, Pekapuran Laut, Banjarmasin Tengah tetap memiliki pelanggan setiap harinya.

Baik itu ibu rumah tangga, asisten rumah tangga, maupun pedagang yang membeli untuk menjualnya kembali di tempat lain menjadi pemandangan ketika datang ke pasar Sentral Antasari.

"Saya sering ke Pasar Sentral Antasari ini, karena tempatnya nyaman, dekat dengan rumah. Pasar ini cukup lengkap menjual kebutuhan sehari-hari dengan harga barangnya murah dan dapat ditawar,” ucap Yuniarti, warga Jalan Kelayan A, Kecamatan Banjarmasin Selatan itu.

Sambutan hangat para pedagang yang menawarkan dagangannya pun menjadi pemikat bagi Yuyun, panggilan akrab pembeli yang satu ini.

Suara teriakan para penjual untuk memanggil para pembeli di kanan kiri pinggir jalan, menjadi hal biasa di telinganya.

Sebab, jika hanya diam saat jualan, tidak akan mendatangkan pembeli. Terkadang beberapa pedagang mempersilahkan para calon pembeli untuk sekadar mencoba dan hanya sekedar melihat, walaupun nantinya mungkin tidak jadi membeli.

Meski tidak sebagus pasar swalayan yang berada tepat di atasnya. Pasar Sentral Antasari tidak pernah kehilangan pelanggan. Harga kebutuhan masyarakat yang dijual pun relatif murah, dan tidak mengurangi kualitas barang dagangan.

Koordinator pedagang Pasar Sentral Antasari Bambang mengaku tidak mempermasalahkan apabila penjual berpindah tempat kios. Asalkan kondisi kios yang diinginkannya sedang kosong.

“Tidak apa-apa berpindah tempat namanya juga mencari nafkah, jika sudah rezeki tidak akan kemana,” ucapnya sembari tersenyum.

Walaupun statusnya koordinator pedagang, Bambang kurang mengetahui jumlah kios yang telah diisi oleh pedagang di Pasar Sentral Antasari ini.

“Inikan punya pihak ketiga, jadi mereka yang lebih tau,” terang pedagang pakaian laki laki ini.

Bambang selalu berteriak dengan nada yang menantang untuk sekedar mencari perhatian pembeli untuk melirik barang dagangannya.

Pasar Sentral Antasari ini memiliki dua lantai, di gedung atas bagian depan Anda akan menjumpai beberapa penjual aksesoris, toko emas, sepatu, sandal, dan alat tulis. Sedangkan dibagian belakang Anda akan menjumpai penjual baju, kosmetik, kebutuhan sekolah.

Namun jangan heran, jika di dalam pasar bagian atas Anda akan menemui banyak penjual baju. Karena memang fashion baju lebih diminati pengunjung, dibanding dagangan lain. Sebelum masuk ke gedung pasar ada juga penjual jajanan ringan seperti pentol dan minuman dingin.

Sementara di bagian gedung bawah pasar, terdapat para penjual sayur, buah,daging, ikan, ayam, sapi, kambing, beras, perabot rumah tangga, dan bumbu perlengkapan masakan, lainnya.

Hampir setiap hari pasar ini penuh oleh para pedagang yang memamerkan dagangannya serta pembeli yang memadati seluruh area pasar. Apalagi ketika awal bulan, tingkat kepadatan di pasar ini cenderung meningkat dibandingkan hari-hari lainnya. Pada pagi hari, pasar ini cukup padat.

Di pasar tradisional pembeli dan penjual saling bertemu dan melakukan interaksi secara langsung.

Hal ini dapat menimbulkan kedekatan. Kedekatan tidak hanya terjadi antara pembeli dan pedagang namun, juga sesama pedagang dan sesama pembeli. Kedekatan yang terjadi ini membuat kita menyadari, bahwa pasar juga sebagai tempat interaksi sosial.

Reporter: Bahaudin Qusairi
Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner