Tak Berkategori

Agen ‘Nakal’ hingga Pengecer Sepeda Motor Menjamur, LPG di Kalsel Jadi Langka?

apahabar.com, BANJARMASIN – Kelangkaan Liquified Petroleum Gas atau LPG ‘melon’ 3 Kilogram (Kg) bak penyakit menahun…

Featured-Image

bakabar.com, BANJARMASIN – Kelangkaan Liquified Petroleum Gas atau LPG 'melon' 3 Kilogram (Kg) bak penyakit menahun yang mendera banyak daerah, tak terkecuali Kalimantan khususnya Kalimantan Selatan.

Menghindari adanya kelangkaan liquefied petroleum gas (LPG) di Kalimantan Selatan, sebetulnya Pertamina sudah menambah pasokan gas berukuran 3 kg sebanyak 97.440 tabung.

Penebalan stok tersebut berdasarkan permintan Dinas Perdagangan Kalimantan Selatan melalui secarik surat bernomor 510/671/Dari/Disdag terkait Ketersediaan dan Stabilitasasi Harga BBM dan Gas LPG,

Alhasil, Kalsel yang memiliki 62 agen tersebut, kembali diguyur alokasi tambahan sebanyak 97.440 tabung elpiji 3 Kg.

Rinciannya, ibu kota Banjarmasin sebanyak 20.160 tabung; Kota Banjarbaru, 6.160 tabung; Kabupaten Banjar, 12.820 tabung; Batola, 7.250 tabung; Tapin, 4.480 tabung; HSS, 6.710 tabung; HST 7.220 tabung; HSU, 5.600 tabung; Balangan, 2.240 tabung; Tabalong, 5.040 tabung.

Kemudian, untuk daerah pesisir Kalsel seperti kabupaten Tala telah didistribusikan sebanyak 7.280 tabung; Tanah Bumbu, 4.480 tabung; Kotabaru, 6.720 tabung. Meski ketersediaan terjamin, kelangkaan ditengarai masih terjadi di mana-mana.

Kepada bakabar.com, Kepala Dinas Perdagangan Kalsel, Birhasani tak menampik kelangkaan di sejumlah daerah Kalsel masih sering terjadi.

Terpisah, sumber terpercaya media ini di Pertamina menyebut, kelangkaan elpiji diduga disebabkan dua hal. Pertama, maraknya agen nakal yang tidak rutin mengantar elpiji ke pangkalan; kedua, menjamurnya pengecer elpiji yang menggunakan sepeda motor.

“Para agen-agen nakal tadi lebih senang menyalurkan ke pengecer sepeda motor karena memotong biaya pengeluaran elpiji ke pangkalan,” jelas sumber tersebut.

Langkah jemput bola yang dilakukan pengecer sepeda motor ini, kata dia, membuat terlena para agen, sopir, hingga kernet pengangkut elpiji sampai-sampai distribusi tak lagi sesuai peruntukan.

“Dampaknya jatah terhadap pangkalan terganggu, sehingga elpiji yang disalurkan tidak lagi secara rutin. Makannya kekurangan terus di pangkalan,” jelasnya.

Dirinya menilai pengawasan intensif tak bisa dilakukan sepihak saja. Agar LPG 3 kg tepat sasaran bagi masyarakat miskin atau pra sejahtera, pemerintah, wakil rakyat, maupun para pelaku usaha mesti bersinergi dan tentunya tak cuma memantau dari balik meja saja.

“Orang yang beli pakai motor seharusnya tidak boleh. Yang dapat harusnya pangkalan. Tapi karena agen-agen nakal tidak melarang yang beli pakai motor, maka banyak terjadi kelangkaan di pangkalan-pangkalan,” jelasnya.

Disebutkan, agen merupakan ujung tombak jaringan distribusi Pertamina yang melaksanakan kegiatan pemasaran elpiji 3 Kg kepada masyarakat.

Elpiji yang berasal dari Depot, alur distribusinya kemudian diarahkan menuju SPPBE (Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji ) yang dikelola oleh Pertamina dan pihak swasta; kemudian, setelahnya oleh para agen disalurkan ke sub agen atau pangkalan elpiji.

Kedua nama terakhir adalah ujung tombak Pertamina ke masyarakat lantaran berhubungan langsung dengan pengecer, warung atau juga konsumen.

Berdasarkan pantauan media ini di lapangan di salah satu toko pengecer gas di Jalan Mayjen Sutoyo S, ketergantungan akan pengecer sepeda motor begitu terlihat.

Budi, pemilik toko di sana hanya bisa gigit jari manakala pengecer yang menggunakan sepeda motor tak mendistribusikan elpiji. Sudah tiga hari terakhir pengecer tersebut tidak mengirimkan elpiji.

“Mereka menjual Rp23 ribu per tabung dan kami jual lagi Rp25 ribu,” katanya kepada bakabar.com, Kamis 24 Januari 2019.

Belakangan, Budi sengaja mengosongkan tabung hijau bertulisan untuk rakyat miskin miliknya, karena harga yang ditawarkan para pengecer motor terlalu mahal, yakni di kisaran Rp25-28 ribu per tabung. Jika dijual lagi, kata dia, bisa-bisa harganya melejit menjadi Rp 30 ribu lebih.

Terkadang juga, sambungnya, bukan hanya masyarakat golongan ekonomi ke bawah yang menjadi pembelinya, melainkan masyarakat ekonomi ke atas.

Acap kali mereka yang memiliki kendaraan roda empat mampir untuk tak sekedar membeli Lpg 3 kg, melainkan memborong stok elpiji di toko Budi.

“Kadang ada orang pakai mobil, yang beli, tapi saya tegur,” sambungnya.

Tidak hanya di toko milik Budi, Pangkalan LPG 3 Kg resmi milik Riduan Syahrani di daerah Jalan Rantauan Darat juga terlihat lengang.
Pemilik toko mengaku, belum menerima kiriman elpiji dari agen sejak beberapa hari terakhir.

“Biasanya dalam seminggu ada dua kali pengiriman, tapi kini tidak,” kata Riduan.

Baca Juga: Tak Kebagian 'Melon', Pedagang Gorengan Menjerit
Baca Juga:Berburu Si 'Melon', Operasi Pasar di Pemurus Dalam Diserbu Warga
Baca Juga: Warga Kelurahan Kelayan Selatan Rebutan Tabung 'Melon' 3 Kg
Baca juga: Sepanjang Januari, Pertamina Skorsing Dua Agen ‘Nakal’ di Kalimantan Selatan

Reporter: Rizal Khalqi
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner