Tak Berkategori

Ekspor Melemah, Kebijakan Ekonomi Daerah Dipertanyakan

apahabar.com, BANJARMASIN – Seiring melemahnya kekuatan ekspor dan impor khususnya di Kalimantan Selatan, kebijakan ekonomi daerah…

Featured-Image
Aktifitas bongkar muat barang di Pelabuhan Banjarmasin. Foto – Pelindo.co.id

bakabar.com, BANJARMASIN – Seiring melemahnya kekuatan ekspor dan impor khususnya di Kalimantan Selatan, kebijakan ekonomi daerah kian dipertanyakan. Pengamat ekonomi minta pemerintah setempat tegas dalam menetapkan kebijakan.

“Mestinya pemerintah punya kebijakan yang kuat untuk mendorong ekonomi,” kata Pengamat Ekonomi Banjarmasin Muhammad Saleh via seluler, Senin (24/12) siang.

Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor sebesar US$737,17 juta pada November 2018 mengalami penurunan 3,96 persen dibanding ekspor bulan sebelumnya, yaitu US$767,56 juta, meski jika dibandingkan November 2017 nilai ekspor melalui pelabuhan Kalsel naik 7,72 persen, yaitu US$684,33 juta.

Baca Juga:Mudik Natal dan Tahun Baru, Pertamina Siagakan Pasokan 24 Jam

Akademisi di Universitas Lambung Mengkurat (ULM) ini menilai, hanya kebijakan daerah lah yang mampu memberikan rangsangan ekonomi.

Secara global, melesunya ekspor di Banua -sebutan Kalsel- kata Shaleh tak terlepas dari perang dagang antara Amerika dan China. Walau sudah mendingin, dua negara pemegang hegemoni ekonomi dunia ini masih berdampak pada negara – negara lain.

Demi melindungi ekonomi Indonesia secara luas, dosen Ekonomi dan Bisnis ULM ini menyebutkan, kebijakan pemerintah adalah salah satu benteng terkuat untuk melindungi perekonomian negara.

“Ekonomi Indonesia tergantung pada ekonomi dunia, kalau pertumbuhan ekonomi dunia lambat, Indonesia juga melambat,” ujarnya.

Salah satu yang dia sayangkan adalah, Indonesia meliliki banyak cadangan batu bara, minyak bumi dan kelapa sawit, namun tidak bisa mengatur harga di pasar dunia. Negara kecil seperti Singapura yang tidak memiliki cadangan seperti Indonesia, bisa mengatur harga minyak di Pasar Internasional.

Baca Juga:Tsunami Selat Sunda: Pertamina Jamin BBM dan LPG di Banten Aman

Diwartakan sebelumnya, tren penurunan juga terjadi di sektor impor Kalimantan Selatan. BPS setempat mencatat, November 2018 nilai impor sebesar US$141,93 juta, atau turun sebesar 41,39 persen dibanding impor bulan sebelumnya, yaitu US$242,15 juta.

Jika dibandingkan capaian November 2017, nilai impor Kalsel turun sebesar 13,75 persen, yaitu US$164,55 juta. Neraca perdagangan ekspor-impor yang tercatat pada November 2018 surplus US$595,24 juta.

Adapun, Bank Indonesia setempat sebelumnya menarget pertumbuhan ekonomi Kalsel pada 2018 mencapai 5,4 hingga 5,8 persen. Target pertumbuhan selaras dengan membaiknya harga komoditas serta pembangunan infrastruktur.

Reporter: Rizal Khalqi
Editor: Fariz



Komentar
Banner
Banner