Tak Berkategori

Wisata Petik Nanas, Ide Destinasi Baru Berbasis Hortikultura di Batola

apahabar.com, MARABAHAN – Tidak cuma petik nanas di kebun, tersedia paket lain yang ditawarkan dalam rencana…

Featured-Image
Bupati Barito Kuala, Hj Noormiliyani AS, dalam panen nanas di Desa Jelapat II Kecamatan Mekarsari, Kamis (19/11). Foto: Humpro Setda Batola

bakabar.com, MARABAHAN – Tidak cuma petik nanas di kebun, tersedia paket lain yang ditawarkan dalam rencana menjadikan Desa Jelapat II di Kecamatan Mekarsari sebagai kawasan agrowisata.

Mekarsari merupakan salah satu wilayah paling besar yang mengembangkan nanas varietas Tamban, di antara kecamatan-kecamatan lain di Barito Kuala.

Pembudidayaan itu tersebar di 9 desa, serta dikelola oleh 35 kelompok tani yang masing-masing menggarap lahan seluas sekitar 1 hektar.

Di antara 9 desa, Jelapat II terbilang cukup sukses membudidayakan nanas. Ditandai dengan panen nanas dengan hasil ratusan kuintal per hektar yang juga dihadiri Bupati Hj Noormiliyani AS, Kamis (19/11).

Pencapaian itu pula yang membuat Jelapat 2 dicanangkan menjadi lokasi wisata petik nanas di Batola. Perencanaan ini dilakukan bertahap, sembari menunggu pandemi berakhir.

Bahkan dibanding destinasi dengan tema serupa, wisata petik nanas di Jelapat 2 diklaim lebih menarik. Mengingat sebagian besar lokasi kebun berdekatan dengan sungai, petik buah dikemas satu paket bersama susur sungai.

“Tanpa paket-paket tersebut, Batola agak kesulitan mempromosikan wisata. Kedepan tidak cuma petik nanas, tetapi juga petik jeruk dan rambutan,” papar Noormiliyani.

“Memang sebagian besar APBD 2020 disedot untuk penanganan Covid-19, demikian pula dengan APBD 2021. Namun beberapa di antaranya masih dapat disalurkan, terutama untuk sektor yang harus segera dikerjakan,” imbuhnya.

Nanas Tamban sendiri merupakan salah satu produk hortikultura unggulan Bumi Selidah, selain jeruk dan rambutan. Bahkan pembudidayaan nanas terus meningkat dalam tiga tahun terakhir.

Tercatat di akhir 2017, total produksi nanas mencapai 11.144,30 ton dengan luas tanam 434,21 hektar. Artinya tingkat produktivitas mencapai 750,88 kuintal per hektar.

Kemudian di akhir 2019, total produksi nanas menyentuh 11.932,56 ton dalam luas tanam 440 hektar, atau dengan produktivitas 788,46 kuintal per hektar.

“Sementara sampai triwulan ketiga 2020, sudah dihasilkan 9,966 ton nanas dari luas tanam 434,59 hektar. Dengan demikian, produktivitas sudah mencapai 725,98 kuintal per hektar,” jelas Murniati, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Batola.

Selain di Mekarsari yang segera berusia 36 tahun per Desember 2020, nanas juga dikembangkan di Kecamatan Marabahan, Rantau Badauh, Barambai dan Wanaraya.

“Salah satu penyebab utama peningkatan produksi nenas itu adalah nilai keuntungan. Melalui analisis usaha tani per hektar lahan, diperoleh keuntungan sebesar Rp89.645.000,” urai Murniati.

“Diperoleh keuntungan yang cukup banyak, mengingat biaya produksi per hektar dengan 15.000 rumpun nanas sebesar Rp68.555.000,” imbuhnya.

Kentungan itu juga disebabkan cita rasa nanas Tamban yang berada di atas rata-rata. Mulai dari berasa manis segar dengan kandungan gula 11,7 hingga 13,4 brix.

Kemudian memiliki kandungan vitamin C sebesar 27 hingga 28 mg per 100 gram, serta mengandung air 85 hingga 86,4 persen dan aroma buah harum.

Tak mengherankan kalau nanas Tamban sudah menjadi varietas unggul yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.2088 /KPTS/S.R.120/5/2009 tertanggal 7 Mei 2009.

“Kedepan kami menjajaki inovasi berupa pengolahan daun nanas sebagai bahan baku kain. Untuk mewujudkan hal tersebut, kami membutuhkan partisipasi instansi terkait,” tandas Murniati.



Komentar
Banner
Banner