bakabar.com, JAKARTA – Potensi kemunculan varian baru virus Corona masih ada di masa depan. Begitu kata Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan, Jumat (11/2) waktu setempat.
“Kita melihat virus ini berkembang, bermutasi. Jadi kita tahu akan ada lebih banyak varian, lebih banyak varian yang dikhawatirkan, dan kita tidak berada di akhir pandemi,” kata Swaminathan kala berkunjung ke Afrika Selatan dengan Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip CNN Indonesia dari Reuters.
Sebelumnya, Afrika Selatan memperingatkan dunia akan varian Omicron pada November. Akibat peringatan ini, beberapa negara sempat menutup perbatasan mereka bagi Afrika Selatan dan beberapa negara tetangganya.
WHO bahkan memasukkan varian ini sebagai varian yang harus diwaspadai, mengingat ia memiliki penularan infeksi yang lebih tinggi dari Delta.
“Kita telah melihat berbagai varian Covid-19 bermunculan setiap lima sampai enam bulan, dan sebagian besar dari mereka tidak banyak jumlahnya. Tapi ini (Omicron) berbeda,” kata Dekan Sekolah Kesehatan Publik Brown University, Dr Ashish Jha, seperti dikutip CNN.
“Perilakunya berbeda, seperti jauh lebih menular daripada varian Delta,” tuturnya lagi.
Meski demikian, varian Omicron berhasil merebak dan berada di hampir seluruh bagian dunia.
Di Korea Selatan misalnya, pemerintah negara itu baru-baru ini memutuskan menghentikan program tes dan tracing Covid-19 mereka akibat varian Omicron.
Keputusan ini diambil karena strategi ini sulit dilakukan mengingat keterbatasan sumber daya.
“Dan menghabiskan ongkos sosial dan ekonomi yang terlalu tinggi,” kata Pejabat Senior Kesehatan Korsel, Sohn Young-rae, sebagaimana dikutip AFP.
Pejabat Kesehatan memprediksi, kasus harian di Korsel akan mencapai 170 ribu kasus pada akhir Februari ini akibat kehadiran Omicron.