bakabar.com, KOTABARU – Wacana investasi kilang minyak oleh perusahaan asal Oman jadi perbincangan hangat di warga Kotabaru.
Pemerintah terkesan jor-joran membuka keran investasi senilai Rp300 triliun itu demi menambah pendapatan asli daerah (PAD). Termasuk peluang kesejahteraan masyarakat lokal lewat pembukaan lapangan pekerjaan.
Namun bagaimana dampak negatif dari pembangunan kilang pengolahan minyak mentah itu?
Direktur Wahana Lingkungan Hidup, (Walhi) Kalimantan Selatan, Kisworo Dwi meminta pemerintah-investor memikirkan dampak tersebut.
“Intinya, jangan hanya mendatangkan investasi. Akan tetapi, semua harus mengutamakan keselamatan rakyat, dan lingkungan,” ucap Cak Kis, sapaan akrabnya itu, kepada bakabar.com, Senin (18/7).
Kisworo meminta perusahaan asal Oman tidak hanya mengumbar janji manis kepada pemerintah, maupun masyarakat di Kotabaru.
“Jangan hanya janji manis, mau menerma banyak tenaga kerja lokal, tapi buktinya yang penting. Toh, kalau sudah buka nanti di kantornya ada tulisan “Tamu Wajib Lapor”, pungkasnya.
Sekretaris Daerah Kotabaru, Said Akhamd membeberkan pembangunan kilang akan menggunakan lahan seluas 1.500 hektare.
Berkenaan dengan masukan masukan tersebut, Said sudah meminta perusahaan lebih dulu menyelesaikan tahapan-tahapan. Termasuk, pembebasan lahan yang rencananya bakal dibangun kilang.
“Sampai saat ini semua masih terkendala soal pandemi. Mereka baru meninjau lokasi, dan masih ada tahapan lainnya, termasuk pembebasan lahannya,” ujar Said, kepada bakabar.com, Senin.
Camat Pulau Laut Selatan, Yusuf, mengaku belum mendapatkan informasi terbaru perihal wacana investasi Oman tersebut.
“Untuk sementara ini, masih belum ada informasi terbaru soal perusahaan itu,” pungkas Yusuf, Senin (18/7).
Investasi kilang minyak senilai Rp 300 triliun di Kotabaru sepertinya bukan sekadar isapan jempol belaka.
Penelusuran bakabar.com, sang investor, sebuah perusahaan asal Oman lewat perwakilannya diam-diam sudah menjajaki beberapa tahapan.
Selain menggelar rapat dengan pejabat daerah, manajemen perusahaan bahkan telah bertandang ke Kotabaru meninjau lokasi.
Sosok yang datang tersebut ialah Direktur, dan General Manager PT Kalimantan Refinery Petrochemikal. Mereka mendatangi Pulau Laut Selatan, 30 Desember 2020 lalu untuk meninjau sejumlah lokasi. Antara lain, Desa Teluk Sirih, Sungai Bulan, Sungai Bahim, Alle Alle, dan Desa Tanjung Seloka.
Lantas, apa itu PT Kalimantan Refinery Petrochemikal (KRP)? Penelurusan media ini, PT KRP merupakan sebuah perusahaan multinasional.
Tak hanya migas, perusahaan satu ini juga bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. Senin, 20 April 2020, PT KRP tercatat pernah menemui Pemkab Kotabaru untuk membahas penentuan lokasi rencana kegiatan perkebunan kelapa sawit.
Rencananya, PT KRP akan membangun industri hilir untuk pengolahan minyak mentah menjadi bahan jadi siap pakai, seperti minyak sebagai bahan bakar dan lainnya.