Religi

Viral di TikTok, Kisah Mualaf Taaliah Gadis Asal Filipina

apahabar.com, JAKARTA – Kisah seorang gadis asal Filipina, Taaliah Hajra Camilo yang menjadi mualaf dan mantap…

Featured-Image
Kisah seorang gadis asal Filipina, Taaliah Hajra Camilo yang menjadi mualaf dan mantap memeluk agama Islam baru-baru ini viral di media sosial. Foto-Mstar

bakabar.com, JAKARTA – Kisah seorang gadis asal Filipina, Taaliah Hajra Camilo yang menjadi mualaf dan mantap memeluk agama Islam baru-baru ini viral di media sosial.

Viral di media sosial khususnya TikTok, Taaliah pun menceritakan awal mula perjalanannya dalam mengenal agama Islam hingga mengucapkan dua kalimat syahadat.

“Waktu masih kecil, ibu dan bapak yang mengantar saya ke Seventh Day Adventist (SDA). Saya masih muda waktu itu tapi saya sadar dengan kepercayaan bahwa kita itu hanya ada satu Tuhan. Jadi semakin dewasa, saya tetap teguh dengan kepercayaan itu walaupun tinggal di mayoritas agama non muslim,” ungkap Taaliah seperti dilansir Mstar, Sabtu (2/7).

“Pernah satu malam itu, saya termenung ketika melihat bintang dan bulan, saya sadar bahwa saya selalu terikat dengan dunia ini dan hidup berdasarkan apa yang saya percaya. Saya tanya pada diri sendiri, bagaimana caranya mewujudkan rasa cinta tapi hati tidak merasa gembira? Tak lama habis itu saya mendapatkan jawaban bahwa saya rindu rasa cinta dari Allah,” kenangnya.

Hati Taaliah mulai terketuk pada Ramadan 2021. Dia mencoba menjalankan cara hidup orang Islam seperti puasa.

“Dengan izin Allah, pada 16 November 2021 saya mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan ustaz Aleem Muhammad Said M. Tuncaling di Mindanao State Universitas, Marawi City di Filipina,” tuturnya.

Bahkan setelah memutuskan hijrah menjadi seorang mualaf, Taaliah juga terketuk hatinya mengenakan hijab. Setelah mengenakan hijab Taaliah mengaku bahwa ia merasa terhormat sebagai seorang perempuan.

“Saya lebih merasa nyaman dan dihormati ketika memakai hijab. Ketika pertama kali mengucapkan dua kalimat syahadat saya menangis karena ada satu perasaan bercampur baur tak bisa diungkapkan,” jelasnya.

Taaliah juga bersyukur karena mendapatkan dukungan dari keluarganya. Ia menceritakan keinginannya ini tak ada paksaan dari siapapun.

“Awal mula mengenal Islam tidak dipengaruhi siapapun. Perjalanan ini hanya saya yang tahu. Sebelum mualaf, ibu dan bapak sadar saya mempunyai kepercayaan yang berbeda tapi mereka sangat menghormati dan tidak pernah marah atau tidak setuju dengan keputusan saya,” ungkap haru Taaliah.

Ketika sudah memutuskan mualaf, Taaliah mulai beradaptasi ketika berada di dalam rumah. Keluarga juga memahami apa yang tidak bisa Taaliah makan semenjak mualaf. Ia juga mulai belajar untuk puasa.

“Teman sesama Muslim memberi tahu bulan puasa adalah suci. Saya coba belajar berpuasa sebagai orang Islam tahun ini. Tapi saya tidak merayakan Hari Raya seperti umat Islam lain, saya hanya salat Ied dengan teman. Siapa sangka, tidak lama habis itu adik saya hatinya juga terketuk untuk memeluk agama Islam. Ia tertarik apa yang saya jalankan,” ucapnya terkejut.

Taaliah merasa kesulitan karena ia tinggal di daerah minoritas. Namun, perkara tersebut bukanlah penghalang baginya untuk tetap memeluk agama Islam.

“Bagaimana kita memakai busana yang terlihat sederhana dan menutup aurat sebagai lambang agama Islam. Di Filipina, kebanyakan orang belum mengetahui tentang Islam. Mereka menganggap jika kamu mualaf, kamu adalah golongan ‘muslim palsu’, dimana kepercayaan ini cuma wujud dan tergolong dalam suku kaum tertentu saja,” ujarnya.

“Saya bukanlah seorang muslimah yang sempurna tetapi saya tidak pernah putus asa untuk terus belajar agama Islam. Saya tinggal di kawasan yang tak semua orang paham dengan Islam dan memandang Islam sebagai teroris,” sambungnya lagi.

Taaliah tetap berpegang teguh dengan agama Islam dan mengungkapkan alasan mengunggah kisah perjalanan mualafnya di akun media sosialnya.

“Saya menggunakan platform media sosial ini untuk membuka mata warganet bahwa Islam adalah agama yang tenang dan aman. Kehidupan di dunia ini akan menjadi lebih baik apabila kita menghargai dan saling menghormati sesama. Serta menjalani amalan tanpa memandang agama, bangsa, kepercayaan, kedudukan sosial dan sebagainya,” pungkas Taaliah.



Komentar
Banner
Banner