Info Kesehatan

Viral di TikTok Makan Tahu Panas Dicampur Bubuk Cabe, Gak Bahaya Tah?

Tren memakan tahu goreng panas dengan bubuk cabai pedas tengah populer di media sosial. Pakar kesehatan turut mengimbau risiko yang akan terjadi pada tubuh.

Featured-Image
Tren Makan Tahu Panas dengan Bubuk Cabai Pedas Berisiko Terhadap Kesehatan dan Tubuh. Foto: instagram/dionharyadi

bakabar.com, JAKARTA - Tren memakan tahu goreng yang masih panas dengan bubuk cabe pedas tengah populer di media sosial, seperti TikTok.

Belakangan ini media sosial dipenuhi oleh tren makan tahu goreng langsung dari minyak panas atau disebut 'hahu hoheng', dengan tambahan bubuk cabe pedas sebagai pendamping.

Tren ini diketahui berasal dari negeri Cina, dan mulai populer di Indonesia melalui jejaring TikTok dan Instagram.

Hingga kini banyak artis, influencer dan masyarakat turut mengikuti tren tersebut, tanpa mengetahui risiko yang akan terjadi setelahnya.

Baca Juga: Cromboloni yang sedang Viral, Si Manis dengan Krim Melimpah yang Lumer di Mulut

Pakar kesehatan mengimbau risiko yang akan terjadi pada tubuh saat kita mengonsumsi tahu goreng dicampur bubuk cabe.

dr. Dion Haryadi, seorang pakar nutrisi dan ahli kesehatan turut mengimbau masyarakat untuk tidak FOMO atas tren yang tengah populer saat ini.

Ia pun membeberkan risiko yang akan terjadi pada tubuh saat mengonsumsi makanan terlalu panas dan pedas tersebut.

Risiko Kesehatan dari Tren Memakan Tahu Panas dan Pedas Menurut Pakar Nutrisi dan Kesehatan. Foto: instagram/dionharyadi
Risiko Kesehatan dari Tren Memakan Tahu Panas dan Pedas Menurut Pakar Nutrisi dan Kesehatan. Foto: instagram/dionharyadi

Pada tren tersebut menunjukkan seorang perempuan yang memakan tahu saat masih sangat panas, yang langsung dimasukkan ke dalam mulutnya.

"Tahu yang baru digoreng itu otomatis masih panas banget, dan ketika langsung dikonsumsi berpotensi melukai mulut," tutur dr. Dion, dikutip melalui Instagram (@dionharyadi ), Kamis (28/12).

Baca Juga: Berkaca Video Mesum Viral di Senopati, Efek Public Display of Affection

Menurutnya, hal tersebut tidak berbahaya, tapi berpotensi melukai rongga mulut seperti lidah, langit-langit dan juga tenggorokan.

Di lain sisi, berdasarkan jurnal Nature, dari British Journal of Cancer, menemukan bahwa terlalu sering terpapar makanan terlalu panas akan mencederai termal pada esofagus atau tenggorokan, yang berisiko terhadap kanker tenggorokan.

Hal tersebut disebabkan oleh inflamasi yang terjadi pada saluran pencernaan atas, yang merusak tenggorokan hingga kerongkongan.

kolesterol
Kolesterol tinggi disebabkan oleh beberapa faktor. Foto: syahrir maulana/istock photo

Tak hanya melukai mulut, tren populer tersebut menunjukkan kondisi makan dengan banyak minyak yang menempel di tahu tersebut, bahkan sampai menetes saat disuap.

"Kita ketahui sendiri kalau gorengan memiliki kalori yang tinggi karena dalam proses masaknya menyerap minyak yang lebih banyak," pungkasnya.

Baca Juga: TikTok Shop Merger Tokopedia, Bakal Mendominasi e-Commerce?

Minyak masih menjadi pelopor kolesterol terbanyak terhadap pola makan manusia, terlalu banyak mengonsumsi minyak menyebabkan tingginya kadar kolesterol LDL atau kolesterol jahat dalam darah, yang menyebabkan penyakit jantung dan lainnya.

Ilustrasi GERD. Sumber: Mayo Clinic
Ilustrasi GERD. Sumber: Mayo Clinic

Selain memberikan sensasi panas dan penuh minyak, tren ini turut diakhiri dengan memakan tahu didampingi dengan bubuk cabe yang sangat banyak, hal tersebut menurutnya berpotensi terhadap penyakit lambung.

Meski mulut tahan terhadap rasa pedas yang diberikan bubuk cabai, hal dapat mencederai lambung dan meningkatkan produksi asam HCL.

Baca Juga: Mengapa Hormon Berpengaruh pada Perubahan Emosi dan Kesehatan Mental?

Bahayanya tak hanya memberikan efek begah, kembung dan tak nyaman, tapi berisiko terhadap penyakit lambung dan pencernaan lainnya.

"Jadi yang punya masalah lambung dan gerd harus berhati-hati, karena makanan terlalu panas dan terlalu berminyak bisa memperparah kondisimu," katanya.

Dr. Dion juga menuturkan sudah sejatinya sebagai pengguna media sosial untuk lebih bijak dalam melakukan tren, pilihlah tren yang tidak menyakiti kesehatan dan diri sendiri.

Editor
Komentar
Banner
Banner