bakabar.com, BARABAI – Sejumlah pegiat lingkungan hidup terus berupaya memulihkan alam Meratus di Hulu Sungai Tengah (HST) imbas pembukaan lahan.
Berdasarkan citra satelit dari arsip Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) HST, terjadi penurunan tutupan lahan di HST dalam tiga tahun terakhir. Totalnya mencapai 23 persen.
Pada 2018 tutupan lahan HST mencapai angka 61 persen. Namun pada 2020, tutupan lahan HST tersisa 38 persen saja. Padahal idealnya satu daerah pegunungan harus memiliki tutupan lahan minimal 50 persen.
Penurunan tutupan lahan itu disebabkan karena adanya pembukaan lahan dan ilegal logging yang tidak terkendali. Ini terbukti dari temuan tumpukan kayu di kawasan hutan Meratus Kecamatan Hantakan beberapa hari setelah banjir bandang menerjang Hantakan dan sekitarnya mulai 13 Januari 2021.
Bencana alam ini merupakan banjir terparah dalam sejarah HST. Berbagai spekulasi tentang bencana pun mencuat di masyarakat, misalnya akibat intensitas hujan sampai ekologis Meratus yang terganggu.
Kendati begitu, pengoptimalan tutupan lahan terus digerakkan.
Yayasan Sunting Malayang Rescue (SMR) pun mengambil peran melakukan penghijauan. Kali ini mereka menggandeng Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia HST.
Ketua SMR, H Syarif, menyebutkan penghijauan dilakukan untuk menambah daya resapan aliran air yang turun ketika musim penghujan.
“Penanaman, penghijauan dari pohon keras yang berbuah. Seperti jengkol, petai, alpukat, cempedak, langsat. Karena kalau tanaman keras itu tidak erosi,” kata Syarif usai melaksanakan giat penghijauan di Desa Alat Sebrang, Hantakan, Minggu (18/7).
Penanaman tanaman keras itu ditujukan agar memiliki resapan dan mampu menguatkan lahan. Selain dari itu, hasil dari tanaman itu bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
“Tentunya ini nanti juga harus dipelihara oleh masyarakat sekitar,” terang Syarif.
Agenda penghijauan itu, kata Syarif, merupakan kegiatan rutin untuk penghijauan banua. Temanya “Kembalikan Hutan Kami”.
“Kami mengajak semua pihak ikut andil dalam gerakan ini, agar Pegunungan Meratus kembali lestari,” tutup Syarif.
Gayung bersambut, Ketua IWAPI HST, Lita Anggreani, akan bermusyawarah dengan warga, terutama dalam mencari daerah-daerah di HST yang juga perlu penghijauan.
“Kami tentu ikut optimalisasi giat penghijauan ini dengan memberdayakan masyarakat,” terang Lita.
Di samping penghijauan, Kepala Desa Alat, Aswandi berharap kepada pohon yang ditanam itu tidak hanya berjenis kayu keras, tapi juga bisa menghasilkan.
Pihak desa, lanjut Aswandi, akan bekerja sama dengan TP PKK serta masyarakat Hantakan agar menjaga dan merawat pohon yang ditanam di kawasan tersebut.
“Warga pada prinsipnya setuju dan sangat mendukung kalau itu tanaman produktif. Jadi berharap desa kaya akan buah-buahan,” jelas Aswandi.