bakabar.com, MAGELANG - "Eloi-Eloi lama sabakhtani" bahasa Ibrani yang artinya: Allahku Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku”.
Suara itu menggema di Gereja Katolik Santo Mikael Panca Arga, ratusan umatnya bersimpuh sambil berdoa, beberapa terlihat berlinang airmata.
Sekelompok pemuda pemudi terlihat sedang memainkan drama kisah sengsara dengan busana romawi lengkap dengan jubahnya.
Drama yang mengangkat cerita wafatnya Yesus itu dimainkan puluhan Orang Muda Katolik (OMK) tersebut digelar untuk memperingati Jumat Agung.
Baca Juga: Polisi Perketat Pengamanan Gereja Saat Perayaan Paskah di Surabaya
Sebagai informasi, Jumat Agung adalah peristiwa sakral bagi umat Kristiani karena mengenang wafat Yesus Kristus. Peristiwa wafat Yesus di kayu salib, diperingati dengan wajib berpantang dan puasa bagi umat Katolik.
Seorang Pastor Paroki di Gereja Santo Mikael Panca Arga, Gregorius Suprayitno mengatakan, saat Jumat Agung umat Kristiani diingatkan bahwa manusia adalah pendosa.
Gregorius menuturkan, visualisasi diawali dengan penggambaran ulang penangkapan Yesus saat berada di Bait Suci yang dilindungi Yudas Iskariot.
Baca Juga: Sambut Hari Raya Paskah, Sekolah di Biak Papua Diliburkan
Untuk diketahui, Yudas Iskariot merupakan salah satu murid Yesus yang berkhianat dan menjual gurunya.
"Sebagai gantinya, Yudas dihargai dengan uang berupa 30 keping perak yang menjadi hadiahnya untuk mengkhianati Yesus," imbuhnya.
Kemudian, visualisasi dilanjutkan dengan adegan saat Yesus dibawa secara paksa ke rumah Hanas atau ayah mertua Imam Besar, Kayafas.
"Di rumah tersebut, Yesus diinterogasi namun tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan," jelasnya.
Cerita terus berlanjut, hingga adegan Yesus dibawa ke Gubernur Romawi Pontius Pilatus dengan tuduhan mengacaukan bangsa, menolak pajak kepada kaisar, dan mengklaim dirinya sebagai raja.
"Atas tuduhan itu, Yesus pun dijatuhi hukuman mati," kata Gregorius.
Menurut visualisasi tersebut, tokoh Pilatus sempat memberitahu majelis bahwa hukuman mati tidak dibenarkan.
Selanjutnya, dalam cerita terdebut, Yesus sempat dibawa ke penguasa Galilea, Raja Herodes lantaran dirinya berasal dari Galilea.
Namun, di tempat Herodes, Yesus diberi sejumlah pertanyaan tapi Herodes tidak mendapatkan jawaban.
"Ia lalu mengirim kembali Yesus ke Pilatus. Pilatus memberikan informasi kepada majelis bahwa dia dan Herodes tidak menemukan kesalahan Yesus," kata Gregorius kepada bakabar.com.
Baca Juga: Sambut Prosesi Semana Santa, Umat Islam di Flores Timur Turut Lakukan Pengamanan
Atas dasar tidak adanya kesalahan, Pilatus kemudian menyerahkan Yesus kepada orang banyak untuk disalib lantaran dirinya takut terjadi kerusuhan.
Yesus kemudian membawa salib-Nya sendiri ke bukit Golgota, sebuah bukit yang berada di Yerusalem, di luar tembok kota.
"Sepanjang perjalanan hingga ke Golgota, Yesus mendapatkan banyak siksaan. Ia lalu disalib," jelas Gregorius.
Cerita diakhiri setelah Yesus menderita di kayu salib selama enam jam dan selama tiga jam terakhir-Nya, dirinya melihat kegelapan menyelimuti seluruh negeri hingga wafat.
Baca Juga: Penolakan Ibadah Natal Warga Cilebut, Ini Penjelasan Kepolisian
Menurut Gregorius, kisah tersebut membawa banyak pesan terutama bagi kehidupan di era modern ini.
"Inti utamanya, pengampunan, cinta kasih dan ketulusan, kami umat Katolik diajak untuk menanamkan nilai-nilai itu," katanya.
Visualisasi drama tersebut berlangsung selama 45 menit tanpa jeda.
Seorang pemain visualisasi, Kevin (20) mengaku bangga bisa memainkan peran Pilatus pada kisah tersebut.
"Meskipun tokohnya angkuh dan plinplan, saya bangga karena bisa turut berpartisipasi menyambut Hari Raya Paskah," jelasnya.
Sebelum benar-benar ditampilkan, Kevin mengatakan dirinya dan teman-teman sudah berlatih dulu selama dua bulan.
"Pelatihnya dari rekan gereja juga, setiap hari kecuali Sabtu atau MInggu saat ibadah kita libur," tuturnya.
Baca Juga: Jaga Kerukunan Umat Beragama, GP Ansor Bekasi Bantu Pengamanan Gereja Saat Perayaan Natal
Sementara itu, seorang umat yang turut hadir pada misa tersebut, Maria (24) mengaku terharu, bisa melihat gambaran kisah sengsara secara detail.
"Biasanya hanya tau dari film atau cerita tutur, tapi sekarang bisa melihat langsung detailnya dan mirip, bagus visualisasinya," jelas Maria.
Dengan menonton visualisasi tersebut, Maria merasa ilmu agama dan imannya bertambah lantaran lebih dekat dengan Tuhan.
"Juga merasa diingatkan, manusia hanyalah makluk-Nya yang kecil dan penuh dosa," kata Maria.