bakabar.com, BANJARMASIN - Para aulia Allah yang diistimewakan dengan karomah (keramat) yang kerap tidak bisa dijangkau dengan akal, namun bisa diterima dengan iman. Seperti cerita berikut ini.
Guru Muhammad Yamin menceritakan kekeramatan datuknya, Syekh Salman Al Farisi atau yang berjuluk Datu Gadung. Suatu ketika, Datu Gadung menggelar majelis. Saat asyik mengajar, seekor burung Tinjau (burung murai) datang dan hinggap di depan beliau. Burung itu berkicau ke arah beliau, seolah bercakap.
Setelah itu, Guru Gadung berujar kepada murid-murid beliau, “Ikam tahulah apa ujar burung itu bepander (Kamu tahu, apa yang dibicarakan burung itu, red)?”
Para murid pun mengaku tidak mengerti.
Datu Gadung kemudian menjelaskan bahwa burung tersebut membawa berita duka dari jauh. Dan tak berselang lama, kabar duka itu tersiar.
"Kabar duka itu datang dari keluarga beliau, bahwa sanak keluarganya ada yang meninggal di Martapura,” ujar Guru Yamin mengakhiri kisahnya.
Baca Juga: Fasihnya Bacaan Ulama Banjar Ini, Buat Eceng Gondok Berputar di Sungai
Kekeramatan Datu Gadung tersebut mengingatkan pada mukjizat yang diberikan Tuhan kepada Nabi Allah Sulaiman AS, yakni mengerti bahasa binatang, dalam hal ini burung.
Sebagaimana diriwayatkan, Burung Hud-Hud juga pernah mengabarkan berita tentang kerajaan Ratu Balqis kepada Nabi Sulaiman AS. Oleh Beliau kemudian, Ratu tersebut dipersunting menjadi seorang istri.
Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Alam semesta di bawah kekuasaan-Nya. Sehingga apa yang Allah inginkan maka terjadi. Jika terjadi pada diri para Nabi AS, maka mukjizat namanya. Jika terjadi pada diri aulia Allah (wali), maka karomah namanya. Semua sesuai dengan izin dari pada-Nya.
Untuk mempercayai hal itu diperlukan iman yang mantap. Sebab hal yang demikian (mukjizat dan karomah) kerap di luar jangkauan akal. Dan kekuasaan Tuhan melampaui jangkauan akal manusia.
Mukjizat dan karomah hanya diberikan Tuhan kepada orang yang diistimewakan-Nya. Seperti Datu Gadung adalah seorang ulama yang taat, panutan masyarakat di masanya. Beliau tidak saja menimba ilmu di kampung halaman, tapi sampai ke Tanah Suci. Saat itu, Tanah Suci dihuni ulama-ulama kenamaan.
Tidak hanya belajar, beliau juga mengamalkan ilmunya, hingga mengajarkannya di tengah-tengah masyarakat. Karena itu, wajar jika ulama sekaliber beliau diistimewakan Tuhan dengan karomah seperti itu.
Hingga sekarang, makam Syekh Salman Al Farisi di desa Gadung Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, menjadi tempat ziarah umat Islam. Mereka datang untuk mendoakan almarhum. Kedatangan peziarah adalah salah satu bukti bahwa orang yang dimakamkan di sana bermanfaat di masa hidupnya. Sehingga beliau dikenang, sehingga beliau didoakan.
Baca Juga: Muallim Syukur, Bakul Kosong, dan Prilaku 'Ganjil' Para Pedagang
Reporter: Ahya Firmansyah
Editor: Muhammad Bulkini