bakabar.com, BANJARMASIN - Imam Ibnu Ruslan menyelesaikan penulisan kitab Zubad di atas sebuah kapal yang sedang berlayar. Menariknya, setelah kitab itu rampung diselesaikan, ulama besar tersebut malah melemparkan kitabnya ke laut.
Mengutip laduni.id, Imam Ibnu Ruslan ketika berada di atas kapal yang berlayar disibukkan dengan kegiatan menulis. Beliau tak peduli dengan aktivitas banyak orang. Di saat orang sedang makan, minum dan melakukan aktivitas lain, Ibnu Ruslan focus dengan kegiatan menulisnya.
Kefokusan sang ulama pun kemudian berbuah hasil. Beliau dapat merampungkan kitab berupa syair-syair dalam fan fikih tersebut.
Menariknya, pada saat kitab Zubad selesai ditulis, Imam Ibnu Ruslan mengikatkan batu di bagian atas dan bawah kitab itu. Beliau ingin melempar kitab itu ke laut. Orang-orang di kapal yang melihat itu segera mencegahnya. Mereka merasa sayang, hasil kerja keras tulisan buah karya seorang ulama dibuang begitu saja. Namun beliau tetap bersikukuh dengan niatnya.
"Biarkanlah. Jika kitab karanganku ini benar-benar ditulis ikhlas karena Allah, air laut tidak akan mampu merusaknya," kata beliau mantap.
Imam Ibnu Ruslan yakin akan kebenaran firman Allah dalam surat Al Qashash ayat 88,
Sebagian ahli Tafsir mengartikan ayat tersebut dengan, setiap apapun akan hancur binasa kecuali diniatkan ikhlas karena Allah.
Disebabkan keikhlasan pengarangnya, ombak berhasil membawa kitab tersebut ke tepi laut. Di tempat tersebut ada banyak nelayan mencari ikan. Kitab tersebut atas takdir Allah akhirnya tersangkut di jaring salah satu nelayan.
Nelayan tersebut kemudian membawa kitab yang ditemukannya diserahkan kepada salah seorang ulama di daerah itu. Ulama itu menerima kitab misterius tersebut dengan perasaan takjub.
Akhirnya dibacalah lembar demi lembar kitab yang diterimanya itu. Dia kagum dengan keindahan susunan dan bobot kualitas kitab Madzhab Syafi'i itu. Ulama tersebut lantas memerintahkan untuk menulis dan menyebarluaskan kitab asing tersebut. Akhirnya kitab tersebut berkat keikhlasan pengarangnya, tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia.
Hal itu ditulis oleh Ibnu Ruslan dalam Zubadnya: "Seperti itulah keikhlasan ulama-ulama terdahulu. Mereka menomorsatukan keikhlasan dalam mengarang kitab. Tidak ada pikiran meraih popularitas atau keuntungan materi melalui royalti".