TRAVEL

Berziarah dan Memotret Kesyahduan Makam Mbah Priok di Jakarta Utara

Berkunjung ke Makam Mbah Priok seolah memberikan energi baru. Tampat bersejarah dan spiritual itu memberikan kesan mendalam bagi peziarah.

Featured-Image
Makam Mbah Priok - Ratih Widihastuti Ayu Hanifah

bakabar.com, JAKARTA – Melakukan perjalan wisata adalah kegiatan yang menyenangkan bagi banyak orang. Salah satunya adalah berwisata religi ke Makam Mbah Priok di Jakarta Utara.

Berdasarkan pantauan bakabar.com, Makam Mbah Priok tak pernah sepi dari pengunjung yang hendak berziarah.

Makam Mbah Priok - Ratih Widihastuti Ayu Hanifah
Makam Mbah Priok - Ratih Widihastuti Ayu Hanifah

Mbah Priok merupakan tokoh bernama asli Habib Hassan Al Haddad. Semasa hidupnya ia dikenal sebagai penyebar Islam di Jakarta Utara, khususnya Koja, Tanjung Priok, pada abad ke-18.

Makam Mbah Priok - Ratih Widihastuti Ayu Hanifah
Makam Mbah Priok - Ratih Widihastuti Ayu Hanifah

Mbah Priok wafat pada 1765 saat ia melakukan perjalanan. Namun di tengah jalan ia terkena badai di laut utara Jakarta. Lalu, jasadnya dimakamkan langsung di Jalan Jampea No. 6, Koja, Jakarta Utara. 

Tragedi Makam Mbah Priok

Saat ini di seputar wilayah Makam Mbah Priok dikenal sebagai tempat yang rawan. Seperti yang terjadi pada tahun 2010 yang dikenal sebagai "Tragedi Makam Mbah Priok".

Cicit dari Hassan Al Haddad yaitu Habib Ali Zaenal Abidin mengatakan pada 14 April 2010, terjadi bentrok antara warga dan Satpol PP.

“Bayangin dulu melawan banyak aparat. Maka dari itu Makam Mbah Priok harus dijaga karena merupakan peninggalan sejarah penyebaran Islam di Jakarta Utara,” jelas Habib Ali dengan bakabar.com, Sabtu (7/1).

Dilansir dari buku sejarah Makam Mbah Priok, Risalah Manaqib, menjelaskan makam ini sangat dijaga warga. Walaupun tempat ini sangat dikeramatkan, namun tanah itu sempat diklaim oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II).

Klaim tersebur tidak diterima ahli waris Mbah Priok. Mereka kemudian menggugatnya pada tahun 2019. Sayangnya mereka kalah dalam persidangan. Kontroversi terus berlanjut saat ditemukannya kerangka Mbah Priok di lokasi tersebut.

Ketika mengetahui kejadian itu, penduduk sekitar Tanjung Priok tanpa aba-aba langsung melakukan penyerangan terhadap aparat keamanan. Ribuan massa menyerang satpol PP,  polisi, dan membakar mobil-mobil yang ada di sana. 

“Kerusuhan pada hari itu berlangsung anarkis dan tragis selama beberapa kali sejak pagi hari. Setelah kejadian itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta membentuk panitia khusus (pansus). Panitia ini dibentuk untuk menyelesaikan kasus ini,” ungkapnya.

Pada akhirnya, untuk upaya penanganan Pemda DKI Jakarta menggelar mediasi guna penyelesaian masalah sengketa tanah dengan mengundang pihak-pihak yang berkonflik, yakni Pelindo II, ahli waris makam Mbah Priok, perwakilan warga, Kapolda Metro Jaya, Kepala Satpol PP DKI, Wali Kota Jakarta Utara.

Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Eskpor Indonesia (GPEI), Toto Dirgantoro, memperkirakan kerugian industri ekspor-impor akibat kerusuhan itu mencapai puluhan miliar rupiah.

Belum lagi, sektor angkutan sudah merugi sebanyak Rp10 miliar karena tragedi Mbah Priok.

Dampak Tragedi Berdarah Priok

Dampak tragedi Mbah Priok adalah tewasnya tiga anggota Satpol PP, 28 orang luka berat, 21 orang luka sedang, dan 148 orang luka ringan. 

Di samping itu ada dampak sosial dan ekonomi. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah jadi memburuk.  Dari kejadian ini terlihat sikap aparat yang tidak manusiawi terhadap warganya sendiri.

Solusi yang ditawarkan Presiden Bambang Yudhoyono waktu itu adalah menghentikan proses penertiban makam Mbah Priok dan merawat korban bentrok.

Pemerintah juga menginvestigasi penyebab bentrokan. Presiden saat itu meminta Gubernur DKI Jakarta menyelesaikan tragedi itu, dengan melibatkan tokoh masyarakat agar mencegah insiden susulan.

Pemda DKI Jakarta kemudian melakukan sosialisasi, sementara Pers juga diminta memberitakan peristiwa itu secara akurat agar tidak memantik masalah lanjutan.

Kegiatan Ziarah 

Marbot masjid Mang Oding (50) mengatakan setelah tragedi Mba Priok, banyak pengunjung datang dan berziarah secara rutin setiap hari Jumat.

“Banyak kegiatan dilakukan setiap hari Jumat biasanya mengaji, tadjiwid dan sholawatan.  Setiap hari kunjungan tak pernah sepi dari berbagai penjuru daerah,” pungkas Oding saat berbincang dengan bakabar.com.

Ketika mengunjungi Makam Mbah Priok,  terlihat banyak kegiatan religi yang dilakukan para peziarah seperti melantunkan ayat Al-Qur'an dan Tadaruz di Makam Mbah Priok. 

Suasana ziarah di Makam Mbah Priok itu semakin syahdu ditemani lantunan ayat suci dan gemericik air terjun dari kolam ikan. Pengalaman itu membuat peziarah semakin dekat dengan Sang Pencipta Allah SWT.

Editor


Komentar
Banner
Banner