Demo Mahasiswa

Tolak Draf Raperda RTRW, Demo Mahasiswa di Jember Berlangsung Ricuh

Aksi Mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berlangsung ricuh di gedung DPRD Jember pada Kamis (14/9).

Featured-Image
Mahasiswa gelar aksi teatrikal usai ricuh saling dorong di DPRD Jember, Kamis (14/9).(apahabar.com/M Ulil Albab)

bakabar.com, JEMBER - Aksi Mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berlangsung ricuh di gedung DPRD Jember pada Kamis (14/9). Aksi Mahasiswa sebagai bentuk protes terhadap buruknya kualitas draf Raperda RTRW Kabupaten Jember.

Akibat aksi tersebut, satu mahasiswa mengalami luka di bagian pelipis usai terlibat aksi saling dorong di pagar gedung DPRD Jember. Mulanya aksi mahasiswa berlangsung kondusif, namun pada pukul 12.30 WIB massa meringsek masuk ke gedung DPRD hingga berdampak pada rusaknya pagar.

Mengetahui ada yang terluka, massa mulai marah hingga melempar batu ke arah petugas. Aparat kepolisian yang berjaga-jaga akhirnya mendekatkan mobil water canon dan menyemprotkan air ke arah massa yang semakin tidak terkendali.

Koordinator Aksi Ilyasin mengungkapkan para mahasiswa sebenarnya hanya ingin melakukan aksi damai diiringi orasi. Pada aksi itu mahasiswa juga menyiapkan pementasan teatrikal jalanan.

Baca Juga: Kampus Selidiki Dugaan Jual Beli Konten Dewasa Mahasiswa UNS Solo

"Kita aksi damai sebenarnya, ingin teatrikal di depan gedung, dengan adanya negosiator yang masuk ke dalam," ujar Ilyasin kepada bakabar.com, Kamis (14/9).

Namun kondisi berubah drastis, ketika massa mendapati peserta aksi yang mengalami luka di bagian pelipis diduga akibat pukulan salah satu anggota kepolisian secara mendadak. "Dari pihak kepolisian, secara tidak jelas langsung memukul pihak kami," ujarnya.

Ilyasin menegaskan, pihaknya tidak akan melakukan aksi lempar batu terlebih dahulu. Aksi lempar batu terjadi, saat mengetahui ada mahasiswa yang terluka.

"Baru kemudian ada aksi lempar batu. Kami tidak memulai dulu. Sahabat kami sampai pelipisnya berdarah," jelasnya.

Baca Juga: Lahan Diserobot, Puluhan Petani Geruduk Kantor Kehutanan Jember

Mahasiswa kecewa karena anggota dewan yang diharapkan hadir tidak bersedia menemui mereka. Belakangan anggota DPRD yang bersedia menemui demonstran hanyalah Nurhasan dari fraksi PKS.

Sementara itu, massa menuntut semua perwakilan fraksi DPRD Jember keluar untuk menjawab kritik yang dilayangkan perihal buruknya kualitas draf Raperda RTRW Kabupaten Jember.

"Hanya ditemui satu fraksi saja. Di dalam tidak ada perwakilan fraksi," paparnya.

Sebagai informasi, Pemkab Jember telah mengajukan pembahasan revisi Perda RTRW ke DPRD Jember, dan kini telah memasuki tahap kajian oleh Pansus.

Baca Juga: Viral di Medsos, Warga Jember Korban TPPO di Rusia Ingin Pulang

Mahasiswa menilai revisi Perda RTRW dilakukan secara serampangan. Sejumlah poin dibahas tanpa melampaui proses Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Para mahasiswa menyoroti adanya potensi pembangunan yang eksploitatif dan berpihak pada eksploitasi lingkungan.

"Pihak pemerintah tidak melakukan kajian KLHS. Kami menuntut DPRD menghapus kawasan pertambangan, membuka ruang partisipasi publik, menuntut menghentikan pembahasan Raperda sebelum dilakukan kajian KLHS," terang Ilyasin.

Sementara itu, Kapolres Jember AKBP Moh Nurhidayat sempat menemui massa. Pihaknya berharap tidak ada konflik dan benturan, karena setiap masyarakat bebas dan berhak menyampaikan aspirasinya.

Pada kesempatan itu, Polres Jember mengimbau massa agar menyampaikan aspirasi sesuai aturan. Pada aksi itu, Polres Jember menurunkan 243 personel.

Baca Juga: Koalisi Retak, Demokrat Jember Copot Baliho Bergambar Anies-AHY

Sebelumnya, pada Rabu malam (13/9), Polres Jember telah menjalin komunikasi dengan perwakilan mahasiswa agar mereka melakukan aksi dan menyampaikan aspirasi dengan tertib.

"Semalam kami sudah koordinasi dengan DPRD, untuk menyambut aksi itu. Sekarang ada kendala, diminta sabar menunggu," kata AKBP Nurhidayat kepada bakabar.com, Kamis (14/9).

Namun, pihaknya menduga ada provokator yang membuat suasana menjadi panas. Hal itu berdampak pada majunya kendaraan water canon.

"Ada aksi provokasi, menyerang aparat dan memaksa untuk masuk. Kami mengimbau untuk bersabar. Saling memahami agar menyampaikan aspirasi sesuai tata tertib," katanya.

Editor
Komentar
Banner
Banner