bakabar.com, JAKARTA - Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Laksda Julius Widjojono mengaku masih mendalami status pembebasan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens.
Pasalnya, Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) mempertanyakan apakah Pilot Susi Air masih bersama para penyanderanya atau tidak.
"Masih kami dalami," kata Julius kepada bakabar.com, Minggu (10/9).
Baca Juga: TNI Belum Pastikan KKB Lepas Sandera Pilot Susi Air
Ia mengeklaim bahwa Kelompok Kriminalisasi Bersenjata (KKB) yang justru mengetahui keberadaan dan kondisi kapten Philip.
"Yang tahu pasti keberadaanya (Kapten Philip) adalah Kelompok Separatis Teroris Papua (KSTP) kan. Segala informasi pasti didalami masak dibiarkan," tambahnya.
Kata dia, selama ini para pihak yang terkait telah berusaha untuk transparan dalam upaya pembebasan pilot Susi Air tersebut.
Baca Juga: TNI: Ada Kabar Bahagia Soal Pembebasan Pilot Susi Air
"Yang pasti tidak transparan adalah strategi dan rencana operasi dan hal-hal yang berkaitan dengan itu," jelasnya.
"Jika sudah ada bukti pasti kami publish, agar segenap pasukan keluarga yang ditinggal bahkan segenap rakyat Indonesia pasti bangga lega," pungkasnya.
Sebelumnya, Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) mempertanyakan apakah Pilot Susi Air yakni Philip Mark Mehrtens masih bersama para penyanderanya atau tidak.
Hal itu menyusul adanya kabar bahagia dari pihak TNI terkait upaya pembebasan Pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens.
"Pertanyaannya, apakah Philip Mehrtenz masih bersama para penyanderanya atau tidak?" ujar Pengamat militer dari ISESS, Khairul Fahmi kepada bakabar.com, Jumat (8/9).
Sebelumnya diketahui jika pihak yang mengklaim sebagai penyandera telah beberapa kali merilis foto dan video yang menunjukkan kondisi Philip.
Baca Juga: Pengamat Desak TNI Lakukan Evaluasi Upaya Pembebasan Pilot Susi Air
"Tapi ini sudah cukup lama juga kita tidak mendengar kabar terbaru dari pihak KKB tentang kondisi pilot Selandia Baru itu, termasuk juga para penyanderanya," ujar Fahmi.
Apalagi, kata dia, pemerintah Selandia Baru juga terkesan tidak begitu ngotot mendorong upaya pembebasan. Sebagaimana lazimnya dilakukan oleh negara yang warganya disandera.