Sekolah Lapang Iklim

Tingkatkan Literasi, BMKG: Petani Kopi Harus Dibekali Informasi Iklim

BMKG terus menggencarkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) dengan menyasar berbagai komoditas unggulan pertanian.

Featured-Image
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus menggencarkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) dengan menyasar berbagai komoditas unggulan pertanian. Salah satunya yaitu komoditas kopi di Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Foto: BMKG

bakabar.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus menggencarkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) dengan menyasar berbagai komoditas unggulan pertanian. Salah satunya yaitu komoditas kopi di Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan SLI yang diselenggarakan oleh BMKG sebelumnya telah menyasar petani padi, bawang, cabai, dan juga tembakau di Kabupaten Temanggung.

Hasilnya, produksi komoditas pertanian tersebut meningkat pesat. "Saat ini yang menjadi sasaran kami adalah petani kopi, mengingat Temanggung menjadi salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia," ujar Dwikorita saat membuka SLI di Temanggung, dikutip Senin (24/4).

Dwikorita menekankan, lewat SLI, BMKG berupaya membantu petani memahami informasi iklim. Terlebih, pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan di tempat terbuka sehingga sangat berkaitan dengan cuaca dan iklim.

Baca Juga: Laju Perubahan Iklim Kian Parah, BMKG: Kondisi Bumi Mengkhawatirkan

"Sehingga, kalau petani kopi tidak dibekali informasi iklim maka tingkat kegagalan tinggi dan berdampak produksi kopi secara nasional," jelasnya.

Apalagi, kata Dwikorita, faktanya Indonesia adalah salah satu negara produsen dan eksportir kopi paling besar di dunia. Sedangkan berkaitan dengan komoditi-komoditi agrikultur, kopi merupakan penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.

Singkatnya, imbuh Dwikorita, sebagai komoditas unggulan, industri kopi telah berkontribusi sebagai pendorong pendapatan petani kopi, sumber devisa negara, penghasil bahan baku industri, hingga penyedia lapangan pekerjaan melalui kegiatan pengolahan, pemasaran, serta perdagangan ekspor dan impor.

"Harapan kami, setelah petani dibekali ilmu tentang cuaca dan iklim maka kedepan volume produksi dan kualitas kopi Indonesia semakin meningkat dan stabil sehingga daya saing kopi Indonesia di pasar internasional semakin kuat," paparnya.

Baca Juga: Indonesia Akan Dilanda Gelombang Panas Mematikan, BMKG: Tidak Benar

Dengan begitu, di sektor hilir akan berdampak terhadap kesejahteraan para petani yang akan meningkat dan angka kemiskinan yangsemakin menurun.

"Bagaimanapun cuaca dan iklim sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian dan perkebunan, serta ketahanan pangan suatu negara," ungkap Dwikorita.

Sektor pertanian

Senada, Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dodo Gunawan menerangkan bahwa SLI Operasional Tahun Anggaran 2023 diselenggarakan di Desa Jambon, Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah dengan diikuti oleh 30 peserta. Mereka terdiri dari 3 peserta dari Penyuluh Petani Lapang (PPL) dan 27 peserta dari petani untuk tanaman Kopi.

Dodo menuturkan, SLI sendiri merupakan cara BMKG sebagai penyedia Informasi dan petani sebagai end user berinteraksi melalui penyuluh petani lapangan. SLI, kata dia, merupakan salah satu bentuk dukungan BMKG pada sektor pertanian.

Baca Juga: BMKG: Masyarakat Waspadai Gelombang Tinggi di Aceh hingga Kupang

"Tujuan utamanya adalah meningkatkan wawasan petani tentang informasi iklim dan cuaca BMKG dan menggunakan informasi tersebut untuk kegiatan pertanian," jelasnya.

Secara khusus, lanjut Dodo, SLI mencakup tiga tujuan utama yaitu pertama, meningkatkan pengetahuan iklim petani dan kemampuan mereka untuk mengantisipasi fenomena iklim tertentu dalam aktivitas usaha tani mereka.

Kedua, membantu petani dalam mengamati parameter iklim dan menggunakan aplikasi dalam kegiatan dan strategi usaha tani mereka. Dan, Ketiga membantu petani untuk menerjemahkan dan memahami informasi dan prakiraan iklim guna mendukung kegiatan pertanian.

"Terutama untuk keputusan awal tanam dan strategi pengelolaan tanaman," Katanya.

Baca Juga: Antisipasi Cuaca Ekstrem, Bandara Soetta Koordinasi dengan BMKG

Seperti diketahui, produktivitas dan harga jual kopi turut ditentukan oleh proses perawatan dan pengolahannya, sehingga diperlukan proses perawatan dan pengolahan yang tepat agar nilai jual komoditas kopi dapat mencapai nilai maksimal.

"Dan itu semua sangat berkaitan dengan cuaca dan juga iklim," ungkapnya.

Potensi Temanggung

Kopi Temanggung memang sudah terkenal di sejumlah kota besar di Indonesia, bahkan sudah ekspor ke beberapa negara. Kopi Temanggung juga sering menyabet gelar juara dalam kontes kopi nasional maupun internasional, dengan dua jenis kopi unggulannya, yakni Robusta dan Arabika.

Tercatat hingga saat ini, lahan perkebunan kopi di Kabupaten Temanggung telah mencapai 9,536,37 hektar atau 23,99% dari total luas tanaman kopi di Jawa Tengah.

Baca Juga: BMKG Pantau Gerhana Matahari Hybrid dari Ancol, Hanya Terlihat 50 Persen

Kabupaten Temanggung juga memberikan kontribusi untuk total produksi kopi Jawa Tengah sebesar 11.560,27 ton atau 56,97% dari total produksi kopi Jawa Tengah.

Merujuk data tahun 2014, produksi kedua jenis kopi tersebut sangat signifikan yakni sebesar 2,4 juta ton untuk Arabika dan 10,2 juta ton untuk Robusta.

Editor
Komentar
Banner
Banner