Prestasinya dalam mengelola hutan dan memberdayakan masyarakat membuatnya Hanif dipromosikan hingga akhirnya pada 1997 menjadi Kepala Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Sungai Kupang di Kecamatan Kelumpang Hulu, Kabupaten Kotabaru.
Lalu, pada 1999, Hanif dipromosikan menjadi kepala BKPH di Batulicin, salah satu pusat peredaran kayu terbesar di Kalimantan Selatan saat itu. Ketika itu, Batulicin masih menjadi bagian Kabupaten Kotabaru. Pada tahun 2000, Hanif menjadi Kepala Urusan Peredaran Hasil Hutan di Cabang Dinas Kehutanan Sungai Kupang.
Pada tahun 2007, Hanif pindah ke Kabupaten Tanah Bumbu, yang merupakan pemekaran Kabupaten Kotabaru. Dia menjadi Kepala Seksi Pemasaran Hasil Hutan di Cabang Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Bumbu.
Karirnya terus melesat, dan pada 2014 Hanif dipromosikan menjadi Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Bumbu. Pada 2016, Hanif kembali mendapat promosi menjadi Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan selatan.
Pada 2020, Hanif melompat ke pusat dan memegang jabatan Sekretaris di Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Karier Hanif terus meroket. Pada 2023, dia diangkat sebagai Direktur Jenderal (Dirjen) PKTL di Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Dan, sekarang menjadi Menteri Lingkungan Hidup di Kabinet Merah Putih pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Guru Besar Fakultas Kehutanan ULM Gusti Muhammad Hatta, yang pernah menjadi Menteri Lingkungan Hidup di Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ikut bersyukur begitu mendengar Hanif Faisol menjadi menteri.
“Alhamdulillah ada yang mewakili alumni Fakultas Kehutanan lagi,” ujarnya.
Menurut Hatta, Hanif adalah juniornya di Fakultas Kehutanan ULM. ‘’S1 sampai S2-nya di Fakultas Kehutanan. S3-nya di Universitas Brawijaya. Tapi pembimbingnya dari ULM,” jelas dia
Kiprah Hanif, menurut Hatta tak perlu diragukan lagi. Ia berkarir dari bawah sampai kepala dinas kehutanan provinsi.
“Selama ini baru dua orang alumni ULM yang pernah jadi menteri. Kedua-duanya alumni Fakultas Kehutanan ULM,” jelas Hatta, melansir apakabar.co.id.
Putra Kalsel lainnya yang masuk Kabinet Merah Putih, adalah Sulaiman Umar, yang menjadi Wakil Menteri Kehutanan. Dia lahir di Pagatan Kabupaten Tanah Bumbu, 16 April 1982.
Sulaiman memulai mengenyam pendidikan di SD Muhammadiyah Pagatan tahun 1988-1994, SMP Muhammadiyah Pagatan 1994-1997, hingga SMU Muhammadiyah 2 Yogyakarta tahun 2000.
Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya, ia melanjutkan pendidikan sarjana Fakultas Kedokteran di Universitas Muslim Indonesia, Makassar, tahun 2001-2011.
Kemudian, Sulaiman kerap aktif diberbagai organisasi. Selama tahun 2017-2020 ia aktif sebagai Ketua Umum KNPI Kabupaten Tanah Bumbu, Ketua DPD Generasi Muda Pembaharuan Kabupaten Tanah Bumbu, Ketua HTKI Kabupaten Tanah Bumbu, Wakil Ketua PMI Kabupaten Tanah Bumbu dan Wakil Ketua IDI Kabupaten Tanah Bumbu.
Sementara, tahun 2018-2021, ia menjadi anggota PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bidang Pengabdian Profesi.
Dalam perjalanan karirnya, Sulaiman yang aktif di dunia politik berhasil terpilih sebagai anggota DPR RI di Komisi VII Bidang Energi mewakili Kalsel dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan periode tahun 2019-2024. Sebagai sosok yang baru terjun ke dunia politik, ia berhasil mengantongi suara terbanyak sebesar 109 ribu suara.
Akan tetapi, tugasnya di Gedung Parlemen Senayan tersebut hanya ia jalankan selama kurang dari 2 tahun. Cabut dari DPR, Sulaiman kembali ke dunia kesehatan dan menjalankan tugasnya sebagai dokter. Dia menduduki jabatan sebagai Direktur Rumah Sakit Marina Permata dan Klinik Zam-Zam, Batulicin, Tanah Bumbu.
Peran-peran strategisnya yang pernah dijalankan, telah membuat Sulaiman dipercaya untuk tugas besar dalam tim Prabowo-Gibran yaitu menjadi Ketua TKD Prabowo-Gibran di Kalimantan Selatan untuk meraih kemenangan Pilpres 2024.
Dan, kini Sulaiman Umar dipercaya menjadi Wakil Menteri Kehutanan mendampingi sang menteri Raja Juli Antoni.
Dalam tugas barunya, Sulaiman akan menghadapi sektor kehutanan yang tengah mengalami sorotan karena menjadi bagian penting dalam penanganan perubahan iklim.
Indonesia telah menjadi sorotan global dalam beberapa tahun terakhir karena berhasil menekan angka deforestasi dan memiliki target ambisius mencapai kondisi penyerapan emisi gas rumah kaca (GRK) sektor kehutanan lebih besar dari yang dihasilkan lewat Indonesia FOLU Net Sink 2030.
Tidak hanya itu, komunitas internasional juga terus memberikan perhatian khusus kepada Indonesia terkait kebakaran hutan dan lahan, yang jumlahnya berhasil ditekan dalam beberapa tahun terakhir.
Dari beberapa faktor tersebut, tugas berat menanti adik ipar pengusaha Banua Andi Syamsuddin Arsyad atau sering disapa Haji Isam itu, mengingat ekspektasi sumbangsih sektor kehutanan Indonesia dalam upaya penanganan perubahan iklim.
Sulaiman juga akan menghadapi berbagai isu lain termasuk pengelolaan hutan yang lestari dan berkelanjutan, pengelolaan lahan gambut, konflik tenurial serta isu masyarakat adat dan wilayahnya.
Kementerian Kehutanan juga menjadi sorotan terkait pemberian izin, salah satunya dengan upaya pemerintah memperbanyak wilayah pengelolaan hutan oleh masyarakat lewat Program Perhutanan Sosial.
Duet Raja Juli Antoni dan Sulaiman Umar diharapkan mampu mendukung terwujudnya hutan yang lestari dan memberikan manfaat kepada masyarakat dengan pengelolaan berkelanjutan.(*)