bakabar.com, JAKARTA - Wali Kota Eri Cahyadi mengakui banyak pedagang pasar tradisional di Kota Surabaya kesulitan untuk mengakses minyak goreng subsidi pemerintah MinyaKita. Hal itu mengakibatkan langkanya MinyaKita di Surabaya.
Menurut Wali kota Eri, untuk bisa menjual MinyaKita, para pedagang terlebih dahulu mendaftar melalui aplikasi SIMIRAH (Sistem Informasi Minyak Goreng Curah).
"MinyaKita sudah kita koordinasikan dengan Pak Mendag (Menteri Perdagangan) dan kita rapatkan dengan direkturnya. Ternyata dalam MinyaKita itu setiap pengusaha harus mendaftar ke dalam aplikasi. Nah, pengusaha ini kan tidak punya kemampuan mendaftar aplikasi," katanya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemkot Surabaya telah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag). Pihak Pemkot akan memberikan pendampingan bagi pedagang yang kesulitan mendaftar melalui aplikasi SIMIRAH.
Baca Juga: Menimbun MinyaKita, Luhut Pastikan akan Ditindak Tegas
"Karena pada waktu sidak ke Surabaya terkait beras, kita sudah bisa menahan (menstabilkan) berasnya. Kita sampaikan juga terkait dengan minyak, langsung beliau rapat di pemkot dengan menugaskan direkturnya," katanya.
Eri juga memastikan akan terus memonitoring harga Bahan Pokok (Bapok), khususnya minyak goreng dan beras di lapangan. Termasuk pula melakukan pengawasan pedagang yang menjual produk MinyaKita di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Kalau pemkot hanya melakukan cek (monitoring) lapangan, siapa yang menjual MinyaKita di atasnya HET. Tapi yang melakukan penindakan adalah Satgas Pangan (provinsi) dan kita bukan termasuk Satgas. Tugas kita (pemkot) adalah bagaimana ketika ada harga Bapok yang tinggi, maka kita lakukan operasi pasar dan tindakan lainnya," terang Eri.
Sebelumnya, saat meninjau Pasar Tambahrejo Surabaya pada Senin (6/2), Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyatakan harga Bahan Pokok (Bapok) di pasar tradisional Surabaya stabil. Namun, ia mengakui jika keberadaan MinyaKita mulai langka di pasaran.
Baca Juga: Kelangkaan Minyakita Meluas, Mendag dan Bareskrim Sidak Gudang di Jakarta
"MinyaKita sudah sedikit, harganya Rp15.000, padahal HET itu Rp14.000 paling mahal. Inilah yang kita selesaikan, mudah-mudahan dua minggu mendatang teratasi," jelas Mendag Zulkifli.
Menurut dia, terdapat sejumlah hal menyebabkan MinyaKita langka di pasaran. Di antaranya karena harganya lebih murah, sehingga warga banyak yang beralih dari minyak premium ke MinyaKita. Juga, dikarenakan banyak warga yang memborong MinyaKita melalui pembelian online.