Tak Berkategori

Terkait Penurunan Harga Jeruk di Batola, Begini Penjelasan Dinas Pertanian

apahabar.com, MARABAHAN – Menyikapi penurunan harga jeruk, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH) Barito…

Featured-Image
Setiap musim panen, masalah yang selalu dialami petani adalah kesulitan pemasaran. Foto: Istimewa

bakabar.com, MARABAHAN – Menyikapi penurunan harga jeruk, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH) Barito Kuala menekankan pola pemasaran dan teknologi penanaman.

Memasuki panen raya yang berbarengan dengan pandemi Covid-19, harga jual jeruk siam di Batola seakan mencapai titik nadir.

Ketika stok buah melimpah, daya beli masyarakat justru menurun. Sementara pengumpul khawatir mendatangi sentra jeruk di Batola, karena takut tertular Covid-19.

“Tak bisa dipungkiri kalau Covid-19 sudah banyak mengubah aspek kehidupan, termasuk mengurangi pendapatan petani jeruk di Batola,” papar Kepala Distan TPH Batola, Murniati, Jumat (24/7).

“Namun pandemi juga dijadikan alasan pengumpul untuk menekan harga. Oleh karena petani perlu pemasukan, akhirnya jeruk mereka dijual asal laku, terutama oleh petani perorangan,” sambungnya.

Diyakini harga dapat dipertahankan agar tidak terlalu anjlok, seandainya penjualan dilakukan melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

“Kalau melalui Gapoktan, harga masih bisa dikontrol dan tak terlalu jauh dari standar. Pola ini sekaligus memblok pengumpul mendapatkan harga terendah,” jelas Murniati.

“Faktanya harga jeruk di Batola berbeda-beda. Seperti di Desa Tanjung Harapan, jeruk tanpa ukuran dijual Rp5 ribu per kilogram,” tambahnya.

Sebaliknya di Mandastana, jeruk dengan kategori serupa dijual seharga Rp3 ribu, Marabahan Rp2.500 dan di Barambai Rp3.400.

“Kami juga sudah mengecek harga di daerah lain. Seperti di Jawa Tengah, jeruk dijual seharga Rp18 ribu per kilogram,” beber Murniati.

Selain pemasaran melalui Gapoktan, ilmi pengetahuan dan teknologi juga dapat diterapkan untuk menghindari masa produksi yang lama maupun masa panen bersamaan.

“Terutama untuk jeruk grade B, kami menekankan penerapan teknologi Pembuahan Jeruk Berjenjang Sepanjang Tahun (Bujangseta) yang diperoleh dari Sekolah Lapang Good Agriculture Practices,” jelas Murniati.

“Dengan menerapkan Bujangseta, pembuahan jeruk dapat dilakukan di luar musim dan berjenjang setiap tahun. Teknologi ini bahkan sudah diterapkan Gapoktan di Gampa Asahi,” tandasnya.

Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner