bakabar.com, BALIKPAPAN – Komplotan perampok sadis spesialis perumahan elit yang diringkus Jatanras Polda Kaltim bekerjasama dengan Polres Barelang, Batam membuat warga bisa sedikit tenang. Bagaimana tidak, apa yang dilakukan para perampok ini tidak segan-segan akan menghabisi korbannya jika melawan.
Tercatat kasus yang dilakukan lima orang pria berinisial SD, ASD, JI, IS dan AS sudah beraksi di sejumlah daerah, provinsi hingga antar negara. Yakni Surabaya, Kuningan, Balikpapan, Batam dan Malaysia. Bahkan mereka menjadi buronan polisi di Malaysia.
Aksi yang dilakukannya cukup professional. Berikut fakta-fakta yang berhasil terungkap setelah para pelaku diringkus:
1. Selalu Memakai Topeng dan Sarung Tangan
Para pelaku ini selalu menggunakan topeng dan sarung tangan dalam beraksi. Tak sedikit pun dari mereka yang melepaskan topeng dan sarung tangannya agar tidak meninggalkan jejak sehingga identitasnya dapat diketahui.
“Saya diikat dan satu orang jagain saya pegang pisau. Mereka semuanya gunakan sarung tangan hitam dan bertopeng. Wajahnya sama sekali nggak kelihatan,” ujar Hendri, salah seorang korban di Perum Balikpapan Baru cluster Windsor.
2. Punya Peran Masing-masing
Dalam beraksi, semua pelaku punya tugas dan perannya masing-masing. Satu orang yang melakukan survey terlebih dahulu terhadap rumah yang akan disatroninya. Satu orang lagi melakukan pengawasan baik dari luar maupun dari dalam. Seorang lainnya mengawasi para sandera dengan menggunakan sajam. Sementara sisanya melakukan penggeledahan mencari barang berharga yang dapat diambil.
“Semua punya peran, ada yang mensurvey dan mengawasi. Sebab kami temukan bekas nasi bungkus dari bukit yang dekat rumah target di Balikpapan Regency. Disitu tanda kalau dia survey dan menunggu sebelum beraksi,” ungkap Dir Krimum Polda Kaltim, Kombes Pol Subandi.
3. Tidak Mengambil Barang Bisa Terlacak
Fakta lainnya ialah para pelaku tidak akan mengambil barang yang dapat membuat dirinya terlacak oleh polisi. Seperti handphone korban maupun ATM. Sebab ini akan memudahkan kepolisian melacak keberadaannya serta identitasnya.
“Kami coba tawarkan kirim uang lewat transfer tapi dia nggak mau. Katanya mau ambil barang disini aja,” kata Sherina, salah seorang korban di Balikpapan Regency.
“Memang dia nggak ngambil HP karena dia tahu kalau bisa dilacak,” tambah Subandi.
4. Usai Beraksi Pindah ke Daerah Lain
Para komplotan ini selalu berpindah-pindah usai beraksi di suatu daerah. Hal ini agar menghilangkan jejak dan catatan kasusnya. Setelah beberapa bulan barulah mereka kembali ke daerah itu untuk beraksi lagi.
“Habis beraksi di Surabaya dia kabur ke Balikpapan dan beraksi disini. Lalu dia kabur lagi ke Batam dan beraksi lagi disana,” tutur Subandi.
5. Sim Card HP Sistem Buang Pakai
Agar jejaknya tidak terendus polisi, para komplotan ini bermain sangat lihai. Salah satunya SIM Card dari HP memakai sistem sekali pakai lalu dibuang. Sehingga menyulitkan petugas memburunya.
“Kartu HP nya dia langsung buang habis beraksi. Makanya susah didapat mereka ini,” ungkapnya.
6. Penyamaran Sempurna
Di Malaysia, mereka menyamar sebagai pekerja salah satu industri. Rupanya mereka sembari melakukan survey terhadap calon korbannya. Setelah beraksi, mereka langsung kabur ke Indonesia lalu beberapa bulan kemudian kembali ke Malaysia untuk beraksi lagi.
“Di Malaysia ada tiga TKP. Dua di Kuala Lumpur, satu di Johor Baru,” sebutnya.