Info Kesehatan

Teknik Pernapasan Buteyko ala Andien, Kenapa Mulut Diplester?

Belakangan ini, sebuah praktik kesehatan dengan cara mengolah pernapasan ala Andien Aisyah menjadi perbincangan. Pasalnya, penyanyi wanita Indonesia

Featured-Image
Andien menunjukkan teknik pernapasan Buteyko yang membantunya menjadi lebih sehat. Foto: Mommyasia.

bakabar.com, JAKARTA - Belakangan ini, sebuah praktik kesehatan dengan cara mengolah pernapasan ala Andien Aisyah menjadi perbincangan. Pasalnya, penyanyi wanita Indonesia tersebut mengaku jika teknik itu membantunya jadi lebih sehat.

Penyanyi jazz tersebut mengungkap jika dalam beberapa bulan terakhir, metode memplaster mulut dengan plaster micropore ini dirasanya membantu untuk bisa tidur nyenyak.

Dalam postingan instagram story, Andien mengaku ketertarikannya bermula dari penjelasan Gobind Vashdev terkait pernapasan dari hidung dan mulut, atau istilah kerennya nose breathing dan mouth breathing.

Melalui unggahan di instagram @gobindvashdev, Gobind menilik kebiasaan banyak orang yang tanpa disadari tidur dengan mulut terbuka.

Menurut Gobind, kebiasaan ini bisa menyebabkan mulut kering sewaktu bangun tidur, aroma mulut tak sedap, dan belum lagi energi yang drop. Sementara pada anak-anak, akan sangat memengaruhi bentuk susunan gigi dan wajah anak.

Lantas, apa dan bagaimana sebenarnya teknik pernapasan buteyko?

Merujuk sebuah artikel yang terbit di Science Based Medicine edisi 2009, Buteyko Breathing adalah bentuk terapi fisik alternatif yang mengusulkan penggunaan latihan pernapasan, terutama untuk pengobatan asma dan penyakit pernapasan lain.

Metode pernapasan ini diperkenalkan oleh seorang dokter bernama Konstantin Buteyko, yang lahir pada 1923 di Ukraina. Buteyko menghabiskan masa muda sebagai seorang mekanik sampai Perang Dunia II.

Setelah perang berakhir, dia bergabung dengan Institut Medis Pertama di Moskow dan memulai pelatihan medis. Entah bagaimana, sewaktu Buteyko menjadi mahasiswa kedokteran di usia 20.

Saat menjadi mahasiswa kedokteran tersebut, dia didiagnosis memiliki hipertensi parah dan pernapasan hiperventilasi (berat dan dalam) yang dialami orang asma. Karena penyakit ini, Buteyko yang saat itu berusia 29 tahun diprediksi tidak akan berumur panjang.

Karena penyakit ini, suatu malam di tahun 1952 Buteyko menyadari bahwa napas berat yang dirasakan adalah penyebab penyakitnya. Untuk itu, dia mulai belajar mengatur napas dan setelah itu dia merasa lebih baik.

HALAMAN
12
Editor


Komentar
Banner
Banner