News

Tak Tahan Bully, Dokter Residen Curhat ke Menkes hingga Resign

Dalam forum diskusi terbuka soal RUU Kesehatan Omnibus Law, seorang dokter umum blak-blakan mengaku sempat menjadi korban bullying. Hal itu dialaminya semasa me

Featured-Image
Ilustrasi. Foto-net

Artinya, apapun yang diminta senior wajib dituruti. Bak 'haram' hukumnya menolak perintah senior dengan apapun alasannya.

Ia sendiri sempat disuruh membelikan barang belanjaan, makanan mahal, rokok, alat tulis, obat-obatan.

"Saya pernah diminta untuk membelikan sesuatu pada jam 12 malam, mengantar ke Rumah Sakit, kemudian membelikan sesuatu pada jam 2 pagi dan mengantar ke Rumah Sakit, atau datang untuk membantu di bangsal padahal bukan waktu jaga,"

Permintaan semacam itu menurutnya malah dianggap wajar di kalangan dokter, tidak jarang para residen disuruh menjemput senior jam dua pagi di airport atau bandara. Karenanya, dokter tersebut memilih berhenti menjalani PPDS setelah dirinya juga disebut mengidap post traumatic stress disorder.

"Semua yang dikerjakan tidak mempertimbangkan jadwal tidur kita walaupun kita habis jaga lebih dari 24 jam, kita tetap harus nurut sama kakak kelas,"

"Saya akhirnya memutuskan untuk keluar dari PPDS karena kesehatan fisik dan mental saya terganggu, bahkan saya juga rutin konseling sama dokter dan psikiater karen PTSD, gangguan cemas," tutupnya.

Ia berharap permasalahan semacam ini bisa dicegah, di setiap prodi FK dengan memastikan ada pihak yang berperan sebagai supervisi. Supervisi yang berfungsi untuk memantau, mengevaluasi, serta memastikan PPDS berjalan baik, tanpa bullying.

Editor


Komentar
Banner
Banner