bakabar.com, JAKARTA - Setiap musim pemilihan umum (Pemilu) selalu menghadirkan gejolak yang secara langsung berdampak terhadap aktivitas di pasar saham. Sama seperti menjelang Pemilu 2024, para investor cenderung bersikap hati-hati dalam menentukan pilihan investasinya karena berkaitan dengan potensi risiko yang akan ditanggung.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus menyebut peristiwa pemilu sebagai momentum besar yang perlu diwaspadai, utamanya dari sisi investasi.
Catatan dari beberapa pemilu terakhir, menurut Firdaus, investor cenderung sangat hati-hati. Oleh karena itu, jika Indonesia mampu menjaga stabilitas politik, hal itu akan berkorelasi positif terhadap fundamental ekonomi negara. Jika fundamentalnya kuat, maka pergerakan investasi dalam negeri diprediksi tetap terjaga.
Lebih jauh Firdaus mengungkapkan, momentum pemilu merupakan masa-masa transisi pemerintahan atau terbentuknya pemerintahan/ kabinet baru yang akan membawa dunia usaha pada perubahan.
Baca Juga: Investasi Berdampak, Pendekatan Baru Akses Modal, Pasar dan Lingkungan
"Dimana bagi dunia usaha, hal ini akan membawa implikasi terhadap perubahan regulasi di berbagai bidang," ujar Heri kepada bakabar.com di Jakarta, Senin (15/5).
Selain itu, Heri memastikan, hasil pemilu selalu berbuah pada terbentuknya kabinet baru. Dan kabinet baru, biasanya menghasilkan sejumlah regulasi yang akan mempengaruhi aktivitas dunia usaha.
"Dimana regulasi tersebut dapat memengaruhi dunia usaha," tegasnya.
Tak hanya pemilu, investasi di tahun ini dan tahun depan (2024) juga sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor itu di antaranya kondisi politik di Amerika Serikat (AS) yang sedang dilanda krisis perbankan yang kemudian merembet di Eropa.
Baca Juga: BEI dan KIS Jalin Kerja Sama Kembangkan Pasar Modal Indonesia
Pemilu di Indonesia dijadwalkan akan berlangsung tahun depan. Karena itu, mulai tahun ini tahapan pemilu sudah berjalan, seperti pencalonan Presiden dan Wakil Presiden pada 19 Oktober 2023-25 November 2023. Adapun masa kampanye pemilu pada 28 November 2023-10 Februari 2024. Lalu pemungutan suara pada 14 Februari 2024.
Sementara itu, terkait investasi, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi periode Januari-Maret (triwulan I) 2023 sebesar Rp 328,9 triliun atau 23,5% dari target Rp 1.400 triliun.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (28/4) menegaskan perolehan itu meningkat 16,5% dibanding periode yang sama tahun lalu. Investasi telah menyerap tenaga kerja (TKI) sebanyak 384.892 orang.
"Realisasi investasi di kuartal I-2023 Rp 328,9 triliun. Secara QnQ dibandingkan kuartal IV-2022 masih tumbuh 4,5%, secara year on year tumbuh 16,5%," ungkap Bahlil.
Baca Juga: CELIOS: OJK Tidak Diskriminasi Calon Penyelenggara Bursa Karbon
Realisasi investasi berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) yang mencapai Rp 177 triliun atau 53,8% dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp 151,9 triliun atau 46,2%.
"Hal itu dianggap sebagai bentuk kepercayaan dunia usaha internasional kepada Indonesia, yang meningkat 20,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu," tandas Bahlil.