Religi

Sunah Tak Sebatas Tampilan

apahabar.com, JAKARTA – Istilah “hijrah” sedang marak saat ini. Hal yang demikian mestinya berbuntut pada kebaikan….

Featured-Image
KH Ahmad Bahauddin Nursalim. Foto-net

bakabar.com, JAKARTA - Istilah "hijrah" sedang marak saat ini. Hal yang demikian mestinya berbuntut pada kebaikan. Sayangnya, hijrah yang diidentikkan dengan mengikuti Sunnah Nabi hanya pada sisi lahiriyah, sehingga bisa berujung pada kekeliruan.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang dikenal dengan Gus Baha, dalam satu kesempatan mengatakan, "Jangan sok suci dengan sedikit-sedikit sunah Nabi."

Mulai dari jenggot, cingkrang, jubah, jidat hitam bahkan poligami. Semua ini diikuti dan diyakini sebagai ajaran Nabi yang harus dilakukan untuk menunjukkan identitas keislaman. Bagi umat muslim yang tidak mengikuti semua ini dianggap tidak mengikuti sunah Nabi.

Akibat dari keyakinan itu akhirnya menjadi fanatik, kemudian merasa dirinya yang paling mengikuti sunah Nabi alias nyunnah. Sementara yang tidak mengikuti seperti mereka dianggap tidak Islami. Jadi, menurut mereka, Islam itu harus ditampakkan dengan atribut penampilan atau physical.

Mereka memunculkan image sendiri dengan penampilan demikian, "Kami yang sunah sementara kalian tidak mau sunah Nabi". Sehingga yang beredar di masyarakat seolah merekalah pengikut sunah Nabi dan bagi yang secara penampilan tidak berjubah, tidak cingkrang, tidak jenggotan dan tidak jilbaban sampai lutut atau tak bercadar, dianggap Islam tidak sempurna alias tidak kafah.

Apakah memang harus demikian menunjukkan identitas agama? Apakah harus seperti itu yang dimaksud mengikuti sunah Nabi? Menurut Gus Baha, menjelaskan sunah Rasul itu harus yang komprehensif.

"Jangan setengah-setengah. Apalagi hanya mengikuti yang enak-enak saja. Karena sunah Rasul itu banyak macamnya. Pakai surban itu sunah Rasul, pakai jubah ya sunah Rasul," jelas Gus Baha.

Selain itu menurut Gus Baha, jika memang bersungguh-sungguh dengan sempurna mengikuti Sunah Rasul, maka mesti melakukan semua yang pernah dilakukan Nabi. Seperti Nabi melakukan salat saat kondisi perang dan situasi darurat, salat dalam keadaan tekanan, pernah juga salat dengan satu pakaian. Termasuk sunah Rasul kelaparan sampai mengganjal perut dengan batu.

"Seperti juga, sunah Rasul itu ketika dikejar-kejar sampai 10 tahun, tidak bisa makan sampai diganjal batu. Jalani itu semua selama 13 tahun jika ingin dikatakan sebagai umat muslim yang mengikuti Sunah Nabi. Loh, ini baru belajar Islam kok sok ngaku sunah Nabi," tegas Gus Baha.

Seperti poligami, katanya punya banyak istri itu sunah Rasul. Tapi jika mengikuti Sunah Nabi, maka istri pertama harus sudah meninggal seperti saat Rasulullah ditinggal mati oleh Sayidah Khadijah. Ini fakta Nabi melakukan poligami.

Sumber: laduni.id
Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner