Suku Bunga Acuan AS

Suku Bunga The Fed Naik, Ekonom Prediksi Perlambatan Sektor Usaha

Direktur Indef Tauhid Ahmad memprediksi akan terjadi perlambatan pada sektor usaha apabila Bank Sentral AS memutuskan menaikkan suku bunga acuan.

Featured-Image
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kedua kiri) dan para Deputi Gubernur Juda Agung (kiri), Doni P Joewono (kedua kanan) dan Aida S Budiman bersiap menyampaikan keterangan pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Selasa (18/4/2023). Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan BI atau BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur BI yang dilaksanakan pada 17-18 April 2023. Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif The Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memprediksi akan terjadi perlambatan pada sektor usaha apabila Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) memutuskan menaikkan suku bunga acuan untuk kesekian kalinya.

“Kalau dampak secara langsung dari naiknya suku bunga The Fed ya, Indonesia biasanya naikin suku bunga BI, nah suku bunga BI biasanya akan berdampak pada suku bunga pinjaman,” kata Tauhid, di Jakarta, Rabu (3/5).

Hal itu tentu akan berdampak ke masyarakat, sehingga suku bunga banking, suku bunga pinjaman akan semakin mahal. "Akibatnya akan memperlambat sektor usaha untuk ekspansi karena pinjaman semakin mahal," terang Tauhid.

Selaras dengan Tauhid, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet juga memproyeksikan dampak perlambatan ekonomi yang akan dialami Indonesia apabila The Fed menaikkan suku bunga acuannya.

Baca Juga: Utang AS Sudah Mencapai Batas Atas, Indef: Akibat Pandemi Covid-19

Menurutnya, naiknya suku bunga The Fed berpotensi mempengaruhi Bank Indonesia (BI) untuk turut menaikkan suku bunga acuannya.

“Ada potensi BI juga akan ikut menaikkan suku bunga acuannya. Namun sekali lagi, ini dengan asumsi pelemahan nilai tukar rupiah melemah secara drastis,” ujar Yusuf.

ia menambahkan, "Tapi jika tidak, BI akan tetap menahan suku bunga acuannya saat ini, tentu juga dengan memperhatikan tren inflasi di dalam negeri."

Sebelumnya, The Fed pada Rabu waktu setempat diperkirakan akan mengumumkan kenaikan suku bunga pada level 25 basis poin (bps). Hal itu membuat para investor cemas tentang wacana kebijakan tersebut.

Baca Juga: Konsumsi Rumah Tangga, CORE Indonesia: Tumbuh Lebih Lambat

Kebijakan fiskal tersebut menjadi salah satu pilihan solusi untuk menjawab AS yang terancam gagal bayar utang.

AS sebelumnya mencapai batas utang 31,4 triliun dolar AS atau setara dengan Rp462.113 triliun pada Januari. Departemen Keuangan AS telah menggunakan uang tunai serta 'tindakan luar biasa' untuk memenuhi kewajiban sejak saat itu.

Editor
Komentar
Banner
Banner