bakabar.com, BANJARMASIN – Bunuh diri merupakan tindakan seseorang untuk mengakhiri hidup.
Kondisi ini berkaitan erat dengan masalah kesehatan mental, utamanya seperti depresi. Fenomena ini bisa terjadi pada siapa saja.
Data Kepolisian Republik Indonesia pada 2020 melaporkan terdapat 671 kasus kematian akibat bunuh diri.
Sementara data Potensi Desa (Podes) Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 menyebut telah terjadi 5.787 korban maupun percobaan bunuh diri.
Khusus di Kalimantan Selatan (Kalsel) sendiri, dalam sepekan terakhir selama Ramadan ini, tercatat sudah ada 3 kejadian bunuh diri. Tentu kasus semacam ini perlu jadi perhatian serius semua pihak.
Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Kalsel, Melinda Bahri berkata biasanya, ada gelagat tak lazim diperlihatkan seseorang yang ingin mengakhiri hidup.
Misalnya, dengan menulis surat yang berisi isyarat akan meninggalkan orang-orang terdekat. Bisa juga dengan menitipkan sesuatu, seolah akan pergi jauh.
"Atau segala sesuatu yg mengisyaratkan akan lebih baik tanpa “saya”," bebernya kepada bakabar.com, Kamis (14/4).
Yang lebih parahnya lagi, ada ancaman bunuh diri dengan langsung mengatakan akan mengakhiri hidup. Ditambah persiapan alat untuk percobaan bunuh diri yang beresiko menghilangkan nyawa.
Fenomena bunuh diri, lanjut Melinda, bisa disebabkan oleh masalah yang kadang kurang terperhatikan orang dekat.
Pencetusnya pun beragam. Dapat masalah sejak lama maupun ada pengalaman traumatik yang belum terpulihkan.
"Atau pencetus-pencetus baru yang merupakan masalah tidak terduga, namun memberikan kegelisahan, beban pikiran bagi korban yang tidak mampu diselesaikan," jelasnya.
Kasus-kasus bunuh diri memang perlu kepekaan orang sekitar untuk melihat maupun mendengar.
Jika ada perubahan perilaku dari seseorang, penting bagi para kerabat untuk menghubungkan ke tenaga profesional seperti psikolog klinis.
Di sisi lain, Melinda menekankan, edukasi terhadap masyarakat perlu lebih ditingkatkan.
Menurutnya, banyak tenaga profesional yang bisa dilibatkan. Tidak hanya psikolog klinis, bisa psikiater, perawat kesehatan jiwa hingga pekerja sosial.
"Pentingnya edukasi tentang kesehatan mental dan bagaimana cara self care (merawat diri) saat kita mengalami keadaan psikologis yang tidak nyaman," ujarnya.
Dia mengingatkan, edukasi kesehatan mental jangan hanya dilakukan pada momen-momen tertentu. Tapi perlu ada program yang berkelanjutan. "Sasarannya bisa anak, remaja dan dewasa," pungkasnya.
Fenomena bunuh diri rentan kaitannya dengan masalah kesehatan mental, seperti depresi. Oleh karenanya, sangat penting bagi seseorang untuk bisa terbuka membicarakan masalah yang dihadapinya. Curhat bisa dilakukan dengan orang terdekat atau tenaga profesional.
Seseorang yang punya masalah depresi juga perlu sering-sering melakukan aktivitas yang diminati atau hobi.
Kemudian membangun relasi sosial/selalu terhubung dengan orang-orang terdekat. Meningkatkan ibadah/religi. Membangun pikiran yang positif, tidak reaktif terhadap permasalahan yang dihadapi. Dan terakhir, juga penting menjaga kesehatan fisik.
[ANALISIS] Pemicu 3 Kasus Bunuh Diri selama Ramadan di Kalsel