bakabar.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani mendorong sektor pasar modal untuk berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi covid-19.
Sebab, pengembangan pasar modal merupakan salah satu cara untuk mendukung pembiayaan pembangunan ekonomi.
“Dalam pertemuan ke-3 tingkat menteri dan gubernur bank sentral G20 komunike yang diterbitkan pada Juli ini, ditunjukkan bahwa peran pasar modal dan optimalisasi peran pasar modal adalah sangat penting di dalam menjaga dan menciptakan good governance, yang diyakini akan bisa mendukung percepatan pemulihan ekonomi global,” ujarnya dalam dalam diskusi The Future of Islamic Capital Market: Opportunities, Challenges, and Way Forward, Kamis (15/7).
Pasar modal, kata dia, merupakan alat untuk memperkuat tata kelola perusahaan yang baik (GCG), karena korporasi harus transparan dan bertanggung jawab kepada investor yang ikut mendanai melalui pembelian saham.
Lewat partisipasi masyarakat itu, ia meyakini pemulihan ekonomi bisa dipercepat. Oleh sebab itu, ia menuturkan pemerintah dan regulator jasa keuangan akan terus mengembangkan pasar modal melalui diversifikasi instrumen investasi.
“Jadi, pasar modal merupakan wahana untuk menciptakan partisipasi dan inklusi. Dengan partisipasi inklusi dan kredibilitas serta confident (kepercayaan) yang muncul, maka masyarakat akan mau dan mampu berpartisipasi. Ini tentu mendorong dan memulihkan ekonomi secara lebih cepat,” ujarnya.
Secara khusus, pemerintah dan regulator jasa keuangan akan mendorong pengembangan pasar modal syariah lantaran mayoritas penduduk Indonesia muslim. Namun, bendahara negara mengatakan pengembangan pasar modal syariah di Indonesia masih menghadapi tantangan dalam bentuk rendahnya tingkat literasi keuangan.
Survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan syariah di Indonesia baru mencapai 8,93 persen, meskipun mayoritas penduduknya adalah muslim.
“Oleh karena itu Indonesia perlu memperkuat ketahanan perekonomian dan keuangan termasuk di dalamnya capital market (pasar modal) dan islamic capital market. Indonesia harus mampu menorehkan berbagai perkembangan dan kemajuan di dalam perekonomian syariah dan keuangan syariah,” tuturnya.
Data OJK menyebutkan aset saham syariah mencapai Rp3.372,2 triliun per Juni 2021. Angka itu mewakili 47,32 persen dari total kapitalisasi pasar saham Indonesia.
Sementara, Global Islamic Economic 2020 memperkirakan terjadi stagnasi pada perkembangan aset keuangan syariah termasuk pasar modal syariah, setelah sebelumnya mengalami pertumbuhan yang sangat baik yaitu 13,9 persen pada 2019.
Sedangkan, keuangan syariah global diperkirakan tumbuh 5 persen dalam periode 2019-2024, dimana asetnya diperkirakan bisa mencapai US$3,69 triliun.
“Tentu ini akan sangat dipengaruhi, apakah pandemi covid-19 , tetap bisa mempengaruhi atau bisa diminimalkan dari perkembangan keuangan syariah global,” pungkasnya.