bakabar.com, DEPOK - Gembar gembor majunya Menteri BUMN menjadi cawapres terus bergulir. Isu itu santer terdengar bahkan survei pun memasukan namanya.
Terkait itu, Erick Thohir malah mengaku belum mendapat arahan politik apapun. Menurutnya koalisi juga belum terbentuk. Selain itu koalisi tidak hanya cukup dari satu partai saja.
“Saya belum ditugasin ke sini ya. Dan saya sendiri sudah sampaikan berulang, tentu penting sekali buat saya ketika misalnya ke arah yang lebih politis. Kan tadi saya bilang koalisinya belum terbentuk, koalisi Pak Erick Thohir, kan belum ada. Kan ngga cukup dari salah satu partai. Itu realita,” katanya, Sabtu (22/7).
Dia juga mengaku tidak mau 'kawin' paksa, karena untuk berpasangan sebagai presiden dan wakil presiden harus ada chemistry, sehingga akan sejalan saat memimpin.
“Saya juga berharap punya chemistry, saya tidak mau jadi bagian misalnya harus dipaksa kawin, jangan, ngga enak juga,” tegasnya.
Baca Juga: Jokowi Ngotot Ingin Erick Thohir jadi Cawapres 2024
Menurutnya chemistry sangat penting untuk membawa kemajuan bangsa. Salah satunya adalah untuk mensejahterakan penduduk Indonesia.
“Karena penting sekali chemistry, karena kita harus mendorong pertumbuhan ekonomi rata-rata sekarang pendapatan masyarakat 4.600 yang nanti ke depan di masa pemerintahan Pak Jokowi bisa 5.000 lebih,"
"Tetapi 10 tahun ke depan 5 tahun kedepan harus mendapatkan 10.000, supaya kita tidak terjebak dalam ekonomi menengah yang terkunci ketika penduduk Indonesia seperti di Jepang semakin tua semakin banyak. Nah ini kan realita. Ini perlu ada chemistry,” ujarnya.
Baca Juga: Prabowo Masih Tarik Ulur Pilih Cak Imin jadi Cawapres 2024
Dia juga masih bungkam dengan siapa chemistry yang sedang dibangun. Dia mengaku bertemu banyak pihak dan tokoh namun semua itu sebatas masalah pekerjaan. Erick menyebut sudah bertemu dengan Anies Baswedan, Ganjar Pranowo hingga Prabowo.
“Belum. Kenapa saya bertemu dengan semua pihak dengan Pak Anies juga saya bertemu tetapi kan sebatas konteksnya pekerjaan. Belum bicara individu dan ke depan. Jadi masih konteksnya kerjaan,” ujarnya.
Ketika bertemu dengan Ganjar, dia mengaku membahas mengenai penanganan stunting. Sama halnya dengan pemimpin daerah lain seperti bertemu Ridwa Kamil pun membahas mengenai kereta cepat.
“Jadi kemarin sama Pak Ganjar bertanya ini sistem pengerjaan stunting gimana? Oh ini pak rencana begini, tetapi itu juga diinformasikan dengan gubernur lain. Kemarin sama Pak Eidwan Kamil di Bandung bicara kereta cepat, salah satunya perbaikan Tegalluar supaya nanti dari Jakarta-Bandung berhenti di Tegalluar harus ada penjemputan kendaraan,” pungkasnya.