bakabar.com, BANJARBARU - Dinas Ketahanan Pangan Kalsel bersama Dinas Perindustrian melakukan inspeksi mendadak (sidak) perkembangan ketersedian bahan pangan di Banua.
Hasil sidak, dua komoditi menjadi sorotan dan harus mendapatkan tambahan pasokan supaya bahan tetap tersedia dan harga tetap terjangkau.
"Dua komoditi ini adalah beras dan daging sapi. Harga keduanya masih belum stabil dan cenderung naik," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kalsel, Fathurrahman, Rabu (16/11).
Fathur menyampaikan, untuk beras lokal setelah sidak ke distributor besar, pasokannya memang kurang. Biasanya kata dia, beras dipasok setiap sepekan sekali.
"Tapi sekarang bisa sebulan sekali," ujar Fathur.
Jadi pasokan beras lokal memang kurang dari sentra produksinya. Semisal ujar dia, dari Anjir, Tabunganen dan Batola.
"Itu kurang memasok beras lokal. Adapun stok beras Jawa ini tetap lancar atau stabil dan stoknya masih banyak," paparnya.
Sementara data dari Dinas Pertanian dan BPS Kalsel, produksi beras tahun ini diperkirakan mencapai 516,61 ribu ton, sementara jumlah konsumsi cuma 474,35 ribu ton. Jadi ada potensi surplus sekitar 42,26 ribu ton.
"Dari penjelasan itu, yang perlu diantisipasi adalah besaran surplus yang hanya cukup bertahan di 1,5 bulan saja. Karena itu ada kekhawatiran jika tidak panen di Januari- Februari maka bisa saja terjadi defisit," terang Fathur.
Jadi kalau dalam sistem ketahanan pangan, level aman itu adalah dua kali lipat dari buffer stok yang ada.
"Takutnya kalau tidak panen di Januari, maka dikhawatirkan produksi seret," tandasnya.
Kadis TPH Kalsel, Syamsir Rahman memastikan bahwa sudah ada beberapa daerah yang siap panen di awal Januari karena tanam lebih awal.
Adapun Bulog Kalsel, soal ketersediaan beras ini menyebut tersedia sekitar 3.600 ton. Sementara, gula 42 ton, dan minyak goreng sebanyak 67.000 liter.