bakabar.com, JAKARTA - Ungkapan belasungkawa umumnya disampaikan dengan penuh simpati. Namun, lain halnya dengan ucapan duka cita dari politisi PDI Perjuangan, Ruhut Sitompul, yang justru dianggap tak ada nurani.
Alih-alih menuliskan doa dan kata baik lainnya, Ruhut malah mengaitkan kepergian Ridwan Saidi dengan politik. Hal itu sebagaimana dia sampaikan melalui akun Twitter pribadinya.
"Selamat jalan SahabatKu Bang RS, akhirnya Bakal Calon Presiden ga’benar pendukungnya satu persatu dipanggil yang Maha Kuasa Tuhan “Gusti Mboten Sare” MERDEKA," tulisnya lewat akun @ruhutsitompul, dikutip Rabu (28/12).
Cuitan demikian, sontak, menuai kecaman dari warganet. Ucapan tersebut dinilai tak pantas dilontarkan pada seseorang yang baru saja berpulang.
"Parah banget, udah meninggal masih aja dibawa-bawa politik. Gak ada nuraninya sama sekali si Ruhut ini," tulis @farhan**
Bukan kali ini saja si 'Poltak Raja Minyak' berulah. Pria asal Medan itu sudah berulang kali melontarkan pernyataan kontroversi, di antaranya sebagai berikut:
Sindiran Rasis
Pada pemilu 2009, Ruhut melontarkan pernyataan kontroversial dalam sebuah debat tim sukses. Acara itu turut dihadiri Fuad Bawazir.
Kala itu, mantan politisi Partai Demokrat tersebut berseloroh, “Arab tidak pernah membantu Indonesia." Tak sedikit yang mengira ungkapan ini ditujukan bagi Fuad Bawazir.
Seolah tidak merasa bersalah, Ruhut kembali melontarkan pernyataan rasis dalam kesempatan berbeda. Pada diskusi Angket Century SBY Jatuh yang digelar Forum Umat Islam di Wisma Dharmala Sakti, Jakarta, dia menyebut Kwik Kian Gie dengan 'Si Cina.'
Teranyar, Ruhut juga sempat mengunggah foto Anies Baswedan. Bukan sembarang gambar, unggahan itu, lagi-lagi, berbau rasisme.
Melalui akun Twitter pribadinya, Ruhut mengunggah foto Anies mengenakan pakaian adat Papua lengkap dengan koteka.
Tak lupa, dia menambahkan keterangan yang berbau rasis. “Hahaha kata orang Betawi usahe ngeri X sip deh," tulisnya, Rabu (11/05/2022).
Pasang Badan demi SBY
Sebelum bergabung dengan PDI Perjuangan, Ruhut adalah politisi Partai Demokrat. Dirinya dikenal begitu setia dengan Susilo Bambang Yudhoyono.
Namun, kesetiaan itu bak pedang bermata dua. Ruhut mendapat sentimen negatif usai membela Presiden ke-6 Indonesia itu saat tersandung kasus Bank Century.
Kala itu, Ruhut siap pasang badan demi membela SBY. Dirinya berani bertaruh untuk memotong kupingnya jika SBY terbukti bersalah.
Tak hanya itu, Ruhut juga berkelakar siap lehernya dipotong bila anak SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono, juga terlibat dalam kasus yang sama.
Ruhut bahkan rela berseteru dengan koleganya yang merupakan pengacara senior, Adnan Buyung Nasution, gegara kasus Bank Century.
Tepatnya ada Februari 2010, dia merespons pernyataan Buyung dengan ejekan. Seolah tak terima orang nomor satu Partai Demokrat kala itu diminta bertanggung jawab, Ruhut mengejek sang pengacara dengan “Buyung Cucak Rowo."
Perseteruan di Senayan
Saat menduduki kursi DPR, Ruhut pun tak terlepas dari kontroversi. Pada periode 2009-2014, misalnya, dia kedapatan pernah bersitegang dengan Gayus Lumbuun.
Kala itu, saat rapat Komisi III berlangsung, Ruhut menuding Gayus – selaku pimpinan komisi – memberikan waktu lebih panjang pada fraksi PDI Perjuangan.
Si Poltak Raja Minyak itu juga beberapa kali berurusan dengan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) akibat komentar tak pantas.
Pelaporan atas Ruhut yang terakhir ke MKD bermula ketika dia menyebut kepanjangan HAM sebagai hak asasi monyet. Ruhut menyatakan itu pada sebuah rapat di DPR.
MKD lantas menyatakan anggota Komisi III DPR itu harus menerima sanksi ringan berupa teguran.