bakabar.com, KOTABARU - Kepercayaan yang dianut ribuan umat Kaharingan atau Dayak pedalaman di Kotabaru resmi diakui pemerintah pusat. Legalitas umat Kaharingan di Kotabaru resmi dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tertanggal 13 Desember 2017 lalu.
Resminya kepercayaan umat Kaharingan juga dibenarkan oleh salah satu tokoh di Kotabaru sekaligus eks Kepala Kesbangpol Kotabaru H Adi Sutomo. Menurut dia, penganut kepercayaan Kaharingan hampir tersebar di enam kecamatan, dan jumlahnya mencapai sekitar sembilan ribu orang.
“Ya. Legalitas ribuan umat Kaharingan itu sudah terbit, dan ditandatangani langsung Mendikbud tahun 2017 lalu,” jelasnya, Rabu (16/8).
Baca Juga: [FOTO] Wujud Toleransi, Ribuan Umat Muslim Salat Idulfitri di Depan Gereja Koinonia
Legalitas kepercayaan umat Kaharingan tidak hanya untuk mereka yang tinggal di Kotabaru, akan tetapi juga berlaku, dan mencakup untuk mereka yang berada di wilayah Kalimantan.
“Sebenarnya, legalitas itu tidak hanya untuk di Kotabaru. Tapi, atas dasar itu, umat Kaharingan di Kalimantan juga diakui oleh pemerintah,” tandas Adi Sutomo.
Data Kesbangpol Kotabaru, enam kecamatan di Kotabaru yang huni umat Kaharingan meliputi Kecamatan Hampang, Kelumpang Hulu, Kelumpang Barat, Pamukan Barat, serta di Sungai Durian. Bagaimana para penganut kepercayaan umat Kaharingan di Kotabaru menyambut HUT Kemerdekaan RI yang ke-78 tahun ini?
Baca Juga: Momen Idulfitri, Muhammadiyah Papua: Perkuat Toleransi Beragama
Ketua Majelis Umat Kepercayaan Kaharingan Indonesia (MUKK-I) Sukirman menyambut gembira HUT RI yang ke-78 layaknya warga dan penganut agama lainnya. Menurutnya, umat Kaharingan juga kompak memasang bendera merah putih di halaman rumah, dan menggelar beragam kegiatan menyambut HUT RI ke-78.
"Jadi, tidak ada perbedaan kami di sini. Kami juga sama-sama memasang bendera merah putih, juga bersama umat lainnya mengadakan berbagai lomba Agustusan," ujar Sukirman, dikontak bakabar.com, Rabu sore.
Berkenaan dengan ibadah atau ritual khusus menyambut HUT RI ke-78 memang tidak dilaksanakan, hal itu lantaran keterbatasan dana.
"Sebenarnya kami ingin mengadakan acara untuk mengangkat budaya tradisi orang terdahulu, seperti babangsai, badunang dan lainnya tapi kami untuk biayanya kami tidak ada," ujarnya.
"Tapi, kalau soal ibadah kami tidak ada masalah dan tidak ada kendala selama ini. Kami selalu rukun dan saling menghargai walau berbeda suku dan agama di sini," ujarnya.
Baca Juga: Pesan Jokowi Pilih Capres 2024: Sadar Atas Keberagaman Agama
Sukirman berharap di momen HUT RI ke-78 pemerintah juga dapat memberikan perhatian terhadap umat Kaharingan sama halnya untuk umat lainnya yang berada di pelosok Hampang.
"NKRI harga mati bagi kami. Semoga negara kita tetap utuh, dan semoga kami tetap dapat perhatian dari pemerintah seperti umat lainnya. Apabila kami bersuara nanti juga bisa didengar," pungkasnya