Hot Borneo

Sempat Tertinggi Se-Kalsel, Ini Rahasia Tabalong Tekan Kasus DBD

apahabar.com, TANJUNG – Dua tahun terakhir penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Tabalong jauh menurun…

Featured-Image
Ilustrasi pasien DBD. Foto-dok

bakabar.com, TANJUNG – Dua tahun terakhir penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Tabalong jauh menurun jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Pada 2021 penyakit DBD hanya menyerang 3 warga di Tabalong, sedangkan tahun 2022 dari Januari hingga saat ini baru ditemukan 2 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tabalong, dr Taufiqurrahman Hamdie, mengatakan, saat ini belum ada laporan penyakit tersebut terdeteksi di rumah sakit maupun Puskesmas-puskesmas.

“Saat ini tidak ada kasus DBD, semoga ke depan juga tidak ada lagi,” ucapnya dihubungi bakabar.com, Kamis (15/9).

Kata Taufiq, di Tabalong pernah terjadi lonjakan kasus DBD yang cukup banyak, hingga tertinggi di Kalimantan Selatan, yaitu di tahun 2015 dan 2016.

Dari sebelumnya tahun 2010 ada 86 kasus, 2011 ada 37 kasus, kemudian tahun berikutnya melonjak 204 penderita lalu turun di 2013 di angka 154 penderita. Kasus DBD naik lagi di tahun 2014 sebanyak 188 orang.

“Puncaknya di tahun 2015 penderita DBB mencapai 674 orang dan turun ke angka 569 di 2016, lalu turun drastis di 2017 dengan 28 kasus,” beber Taufiq.

Setelah itu, lanjut Taufiq, di 2018 penderita DBD kembali naik di angka 106 orang, lalu 184 orang di 2019.

Pada 2020 kasus DBD di Tabalong hanya 39 orang dan terus menurun di tahun 2021 hingga saat ini.

Dari kasus tersebut sempat ada yang meninggal yaitu pada tahun 2012 empat orang, 2013 dua orang, 2014 ada 3 orang, 2015 ada enam dan 2016 empat orang.

“Alhamdulillah, sejak 2017 sampai saat ini tidak ada lagi pasien DBD yang meninggal,” beber Taufiq.

Keberhasilan menekan angka penderita DBD ini tidak lepas dari upaya Pemkab Tabalong melalui Dinkes dengan Menggalakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

“Serta melalui pengamatan jentik secara berkala melalui inovasi Sapuluh Manit Amati Jajantik (Sapu Aja) di setiap rumah tangga dan menjadikan setiap keluarga sebagai juru pengamatan jejantik (jumantik),” ungkap Taufiq.

Kata Taufiq, bentuk implementasi lainnya adalah lomba kawasan bebas jentik yang dilakukan setiap tahun di tiga tahun terakhir.

“Lomba tersebut mampu memacu masyarakat untuk menciptakan kawasan lingkungan yang bebas jentik, sehingga hasilnya sangat efektif menekan DBD dan terbukti dengan kecilnya kasus beberapa tahun terakhir ini,” pungkas Kadinkes Tabalong, dr Taufiqurrahman Hamdie.



Komentar
Banner
Banner