Hot Borneo

Selain Pembangunan di Tabalong-Balangan, CSR Adaro Juga untuk Wilayah Bartim-Barsel

apahabar.com, TANJUNG – Selain di Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan, Corporate Social Responsibility (CSR) PT…

Featured-Image
Tambang batu bara tutupan milik Adaro Energy di Kalimantan Selatan. Foto-Reuters/Matthew Bigg

bakabar.com, TANJUNG – Selain di Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan, Corporate Social Responsibility (CSR) PT Adaro Indonesia juga mengalir ke Kabupaten Barito Timur (Bartim) dan Barito Selatan (Barsel), Kalimantan Tengah.

CSR tersebut dipergunakan untuk pembangunan bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial budaya dan lingkungan.

Community Relations and Mediation Dept Head PT Adaro Indonesia, Djoko Soesilo, mengatakan bidang ekonomi di dalamnya ada bina desa, pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), pembinaan pertanian, peternakan, perikanan hingga infrastruktur ekonomi.

“Termasuk pembinaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan pembinaan perkebunan,” jelasnya dihubungi bakabar.com, Senin (26/9).

Kata Djoko, untuk bidang pendidikan meliputi beasiswa, pendidikan komunitas dan infrastruktur pendidikan.

“Bidang kesehatan, CSR Adaro untuk penyediaan air bersih, kibbla, katarak, baksos dan infrastruktur kesehatan,” terangnya.

Sementara itu, sambung Djoko, bidang sosial budaya meliputi pembinaan keagamaan, seni budaya, olah raga dan infrastruktur sosbud.

“Bidang lingkungan meliputi sekolah adiwiyata, pendidikan LH, pengelolaan sampah 3R dan konservasi SDA,” tutupnya.

Sementara terkait nominal dana CSR Adaro di Tabalong pada 2022 ini sebesar Rp10 miliar mendapat penolakkan dari dewan setempat.

Penolakan disuarakan oleh Wakil Ketua DPRD Tabalong, Habib Taufani Al-Kaff, dalam rapat dengar pendapat secara tertutup bersama PT Adaro Indonesia dan mitra kerja, Senin (19/9) kemarin.

“Angka tersebut menurut pihak Adaro hanya kepatutan, padahal kita melihatnya dari jumlah produksi," ucap Habib Taufani Al-Kaff kepada bakabar.com, Selasa (20/9) lalu.

Lantas, dia membandingkan dana CSR PT Adaro Indonesia tahun 2019 dengan PT Berau Coal Energy di Kalimantan Timur. Kala itu, PT Adaro Indonesia dengan produksi 58,03 juta metrik ton, hanya menggelontorkan dana CSR sebesar Rp45 miliar. Sedangkan, PT Berau Coal Energy dengan produksi hanya 24 juta metrik ton, berani memberikan dana CSR sebesar Rp240 miliar.

“Nah, tahun 2022 ini produksi Adaro sekitar 48 juta metrik ton, masa CSR hanya Rp10 miliar. Pihak Adaro di sini [Tabalong] mengatakan itu kebijakan pusat,” katanya.

“Sangat jomplang lah, PT Berau Coal Energy dengan produksi 24 juta metrik ton, dana CSR-nya sebesar Rp240 miliar. Namun, untuk data kita validkan dulu," lanjutnya.

Habib Taufan menilai, dana CSR tersebut sangat tidak seimbang dengan keuntungan PT Adaro Indonesia yang mencapai Rp3 triliun.

“Yang jelas dewan tidak menerima itu. Ini sangat tidak patut dan harus direvisi serta disesuaikan dengan keperluan-permasalahan yang ada di masyarakat,” tegasnya.

Dalam waktu dekat, pihaknya akan memanggil Kepala Teknik Tambang (KTT) PT Adaro Indonesia ihwal revisi dana CSR tersebut.

"Sebab, ada ketentuan aturannya berubah, dan ESDM pasti menyetujui harus ada perubahan itu," tutupnya.

Terkait penolakkan tersebut, Djoko Soesilo mengatakan, menyusutnya dana CSR tersebut bukanlah kewenangan mereka.

“Kita masih menunggu juga dari pimpinan, masih dalam proses kebijakan pimpinan,” katanya.



Komentar
Banner
Banner