Nasional

Sekelumit Perjalanan HIPMI, Berkontribusi untuk Indonesia Sejak Berdiri 48 Tahun Silam

apahabar.com, BANJARMASIN – Sejak berdiri pada 10 Juni 1972, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) sudah berkontribusi…

Featured-Image
Presiden Jokowi bersama Ketua Umum BPP HIPMI Mardani H Maming bersama tokoh-tokoh lainnya. Foto-Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Sejak berdiri pada 10 Juni 1972, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) sudah berkontribusi untuk Indonesia.

Saat ini, Ketua Umum HIPMI dijabat oleh seorang anak muda bernama Mardani H Maming (MHM). Pria kelahiran 17 September 1981 ini adalah mantan Bupati Tanah Bumbu dari 2010 sampai 2018. Saat dilantik menjadi bupati, ia masih berusia 29 tahun dan memecahkan rekor MURI sebagai Bupati Termuda se-Indonesia.

Sejak terpilih menjadi Ketua Umum BPP HIPMI pada Musyawarah Nasional (Munas) ke-16 HIPMI yang digelar pada 16-17 September 2019, MHM terus fokus mendorong kader-kader HIPMI untuk menciptakan pengusaha-pengusaha muda dan lapangan pekerjaan baru, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Lantas, bagaimana perjalanan HIPMI hingga organisasi tersebut banyak diisi oleh tokoh-tokoh penting, bahkan sebagian di antaranya dipercaya sebagai menteri di republik ini?

Salah satu nama yang tidak bisa dipisahkan begitu saja dari awal perjalanan dan terbentuknya HIPMI adalah Abdul Latief. Pria kelahiran Aceh 27 April 1940 merupakan Ketua Umum HIPMI pertama di era Presiden Soeharto.

Karena prestasinya yang mentereng, pada 17 Maret 1993 dia dilantik oleh Presiden Soeharto sebagai Menteri Tenaga Kerja Indonesia menggantikan Cosmas Batubara. Jabatan itu ia emban sampai 14 Maret 1998.

Menjelang runtuhnya Orde Baru, ayah dari pengusaha Dipo Latief itu masih sempat menjabat sebagai Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya. Namun, jabatan itu hanya ia duduki selama dua bulan, dari 16 Maret 1998 sampai 21 Mei 1998.

Abdul Latief merupakan putra dari pasangan Mohammad Latief dan Sitti Rahmah. Keduanya berasal dari Pasa Gadang, Padang, Sumatra Barat.

Pada 1920, ayahnya pergi merantau ke Banda Aceh, dan kemudian ia lahir di sana. Di samping berdagang, ayahnya juga dikenal sebagai aktivis Muhammadiyah.

Sebelum HIPMI berdiri, Abdul Latif sempat mengalami kendala dalam usaha. Suatu kali dia pernah mengalami seretnya jual beli barang kelontong di pasar swalayan miliknya.

Abdul pun mengamati langsung dan mempelajari masalah tersebut. Ia menarik kesimpulan bahwa daya beli masyarakat rendah. Untuk menyikapi itu, dibutuhkan gerakan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dari sanalah cikal bakal HIPMI lahir.

Abdul Latif pun menggalang para pengusaha baru terlahir dan menjadi ketua umum pertama organisasi anak muda tersebut. Para anggota HIPMI didorong membangun usaha, demi menarik produksi dan pendapatan masyarakat. Abdul pun membantu mereka untuk menjual barangnya di pasar swalayan miliknya.

Ia juga mendorong ekspor agar tidak tergantung pada daya beli masyarakat. Dia memiliki pandangan, jika ekspor meningkat berarti membantu pemerintah mengelola ekonomi. Hasilnya, daya beli masyarakat ikut naik melalui aneka kebijakan stimulus.

Dia melihat bahwa usaha kecil merupakan landasan dan menopang daya beli masyarakat bawah. Ketika pengusaha lain berbondong melirik industri berat, Abdul Latief fokus meningkatakan ekonomi kerakyatan.
Dia juga sempat mendapat gelar sebagai “Pahlawan pengusaha kerajinan rakyat Indonesia”.

Selain memiliki peran besar pada berdirinya HIPMI, Abdul Latif pernah dipercaya menjadi Ketua Kompertemen Perdagangan dan Koperasi KADIN masa 1979- 1982.

Selain Abdul Latif, mereka yang menjabat sebagai Ketua Umum BPP HIPMI memiliki karir cemerlang.
Sebagian di antaranya bahkan dipercaya menjadi menteri, seperti Siswono Yudo Husodo (Ketua HIPMI 1973-1977) pernah menjabat sebagai Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Indonesia ke-8 dan Menteri Negara Perumahan Rakyat Indonesia ke-2.

Kemudian, Aburizal Bakrie (Ketua Umum HIPMI 1977-1979) tercatat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian pada 2004-2005.

Selanjutnya, ada nama Agung Laksono (Ketua Umum HIPMI 1983-1986) yang menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia periode 2009-2014.

Nama lainnya adalah Sharif Cicip Sutarjo (Ketua Umum HIPMI 1986-1989) menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia pada 2011-2014.

Lalu, ada nama Sandiaga Uno yang belakangan ini namanya makin melejit. Sandi tercatat pernah menjabat sebagai Ketua Umum HIPMI pada 2005-2008. Selain pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandi juga menjadi pendamping Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 lalu.

Berikutnya, ada nama Erick Thohir yang menjadi tokoh senior di HIPMI. Saat ini, mantan Presiden Inter Milan itu menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia ke-9.

Nama-nama penting lainnya yang tak terpisahkan dari HIPMI adalah Bahlil Lahadalia (Ketua Umum HIPMI 2015-2019) yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Muhammad Lutfi yang menjadi Ketua Umum HIPMI periode 2001-2005 saat ini menduduki jabatan sebagai Duta Besar Indonesia Untuk Amerika Serikat.

Lalu, ada nama Bambang Soesatyo (Ketua MPR RI), La Nyalla Mattalitti (Ketua Dewan Perwakilan Daerah Indonesia), dan Rosan Roeslani (Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia). Nama-nama tersebut di atas adalah tokoh-tokoh senior yang ikut membesarkan HIPMI.

Sampai hari ini, HIPMI masih banyak melahirkan tokoh-tokoh muda yang tangguh dan berdaya saing di tengah revolusi industri 4.0. Sandiaga Salahudin Uno dan Mardani H Maming merupakan contoh nyata bahwa HIPMI akan terus melahirkan figur-figur muda yang memiliki kontribusi nyata untuk Indonesia.



Komentar
Banner
Banner