Inflasi Jawa Tengah

Sederet Komoditas Penyebab Tingginya Inflasi di Jateng

Semarang menjadi Kota yang tingkat inflansi paling tinggi diantara Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah (Jateng).

Featured-Image
Pedagang cabai di Pasar Antasari. Foto-apahabar.con/Amrullah.

bakabar.com, SEMARANG - Semarang menjadi kota dengan tingkat inflansi paling tinggi di antara Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah (Jateng).

Jateng di bulan November 2023 mengalami inflansi sebesar 0,49 persen. Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat statistik (BPS) Jateng. Kenaikan tersebut dipicu kerena adanya lonjakan harga kebutuhan pokok.

Kepala BPS Jateng Dadang Hardiwan mengatakan inflansi di Jateng pada bulan November 2023 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan bulan Oktober 2023 yang besarannya hanya 0,18 persen.

"Ini utamanya disebabkan karena melonjaknya harga cabe merah dan cabe rawit," ujarnya melalui siaran pers, Jumat (1/12).

Baca Juga: Harga Beras Lokal Meroket: Petani Untung, Pedagang Buntung

Dadang mengatakan inflasi di Kota Semarang sebesar 0,52 persen, diikuti Kabupaten Kudus dan Kota Tegal masing-masing sebesar 0,49 persen serta Kota Surakarta dan Cilacap masing-masing sebesar 0,42 persen dan inflasi terendah terjadi di Purwokerto sebesar 0,38 persen.

"Penyumbang terbesar inflansi pada November 2023 adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau yang memberikan andil sebesar 0,50 persen," ujarnya.

Dadang membeberkan adanya lima komoditas yang memberikan sumbangan inflansi terbesar yang ada di Jateng mulai dari yang terbesar, yaitu cabe merah menyumbang sebesar 0,25 persen, lalu cabe rawit 0,10 persen kemudian bawang merah dan telur ayam ras sebesar 0,04 persen sementara gula pasir sebesar 0,02 persen.

Baca Juga: TikTok Shop Merger Tokopedia, Bakal Mendominasi e-Commerce?

Untuk penahan inflansi November 2023, Dadang mengatakan Bensin sendiri dapat menahan sebesar -0,06 persen, lalu daging ayam ras sebesar -0,02 persen, kemudian untuk susu cair kemasan, beras, dan minyak goreng sebesar -0,01 persen.

"Kenaikan-kenaikan komoditas tersebut, ini dikarenakan dampak dari elnino ini mengakibatkan turunnya produktifitas di sentra-sentra produksi dalam negeri maupun juga luar negeri," ucapnya. 

Editor


Komentar
Banner
Banner