LIFESTYLE

Sebutan ‘Janda’ untuk Megawati: Sensitif padahal Tak Melulu Negatif

Jagat maya meradang usai sebuah pernyataan TikToker asal Lampung, Bima Yudho Saputro, berseliweran. Dirinya dianggap tak sopan lantaran merujuk Ketua Umum PDIP

Featured-Image
TikToker Bima Yudho Saputro menjadi bulanan netizen lantaran menyebut Megawati dengan sebutan 'Janda'. Foto: Tribun.

bakabar.com, JAKARTA – Jagat maya meradang usai sepenggal pernyataan TikToker asal Lampung, Bima Yudho Saputro, berseliweran. Dirinya dianggap tak sopan lantaran merujuk Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, dengan sebutan ‘janda.’

Hujatan yang tak henti-henti membanjiri media sosial Bima bermula saat dirinya mengomentari polemik Piala Dunia U-20. Dia menyambung potongan video wawancara Najwa Shihab dengan Ganjar Pranowo soal alasan menolak kedatangan Timnas Israel.

Najwa menanyakan, apakah keputusan Ganjar yang demikian merupakan perintah Megawati atau bukan. Bima lantas menyambung, “Udah ketebak dah, lagian disuruh ngomong sama itu janda, janda satu itu, lo nurut.”

Pernyataan Bima pun menuai beragam respons dari warganet. Ada yang membelanya dengan mengatakan itu adalah fakta, namun tak sedikit pula yang menganggap istilah tersebut kurang ‘beradab.’

Emang knp sama janda? Ada yg salah?” cuit salah seorang warganet. Sementara akun lainnya menulis, “Kalo mau mengkritik ya pake bahasa yg sopan lah, gitu-gitu dia (Megawati) orang tua loh.”

Realita Janda di Indonesia

Ilustrasi perempuan yang memilih bercerai. Foto: Net.
Ilustrasi perempuan yang memilih bercerai. Foto: Net.

Memang tak bisa dipungkiri, perempuan yang ditinggal mati maupun bercerai dengan suaminya kerap mendulang sorotan miring di Indonesia. Hal itu sebagaimana yang juga diamini psikolog klinis, Roslina Verauli.

“Menyandang status janda merupakan pengalaman negatif akut bagi yang mengalaminya. Terutama di negara berkembang,” ungkapnya, lewat sebuah unggahan di akun Instagram pribadinya, dikutip Selasa (25/4).

Padahal, wanita yang berjuang sendirian untuk menghidupi diri dan buah hati seringkali sudah mengalami kesulitan tersendiri. Di antaranya, terkait masalah ekonomi, sosial, serta psikologis yang cukup berat.

Mereka, kata Roslina, dituntut mampu menafkahi diri dan anak-anak, menghadapi buruknya stigma sosial, bahkan sampai kehilangan relasi serta dukungan keluarga. Belum lagi, jargon seperti “janda semakin terdepan” memperburuk konotasi negatif.

Hal itu tak jarang berimbas pada munculnya depresi, kecemasan, sampai trauma. Tentu ini adalah sebuah ironi, mengingat perempuan yang semula bercerai dengan harapan mampu menjalani kehidupan lebih baik, justru menghadapi tantangan yang kian besar.

Stigma Negatif Janda, Apa Sebabnya?

Pegiat organisasi wanita, Myrna Soeryo, tak habis pikir dengan stigma negatif yang disematkan pada janda. Padahal, bila merujuk KBBI, istilah itu berarti status perempuan yang sudah tak lagi memiliki pendamping usai menikah – nihil makna miring.

Myrna menduga stigma negatif yang demikian adalah imbas dari budaya patriarki, di mana menempatkan pria di posisi yang lebih tinggi dari perempuan, bahkan sampai menjatuhkan kesalahan pada perempuan. 

“Sungguh ironis perempuan selalu dianggap pihak yang bersalah. Padahal, bisa saja wanita itu memutuskan bercerai karena menyadari hubungan pernikahannya tidak sehat,” ujarnya, dikutip dari laman greatmind.id, Selasa (25/4).

Kecenderungan masyarakat yang misoginis pun menjadi alasan lain di balik stigma negatif janda. Ya, pandangan miring itu tidak melulu berasal dari kaum adam, namun juga sesama perempuan.

“Ketika ada seorang janda yang memiliki toko kelontong. Lalu, para istri melarang suaminya berbelanja di sana karena takut digoda olehnya,” kata Myrna mencontohkan kecenderungan misoginis terhadap janda.

Alih-alih disematkan asumsi miring, perempuan yang berdikari usai ditinggal mati suami, atau perempuan yang berani keluar dari pernikahan tidak sehat mestinya dinilai sebagai pemenang. Sebab, dia berhasil mengeluarkan diri, bahkan mungkin anak-anaknya, untuk kembali menjadi diri sendiri.

Editor


Komentar
Banner
Banner