bakabar.com, BANJARBARU - Koordinator Lab Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Riset Inovasi Nasional (TMC BRIN), Budi Harsoyo, menyebut hujan buatan semestinya dilakukan sebelum puncak kemarau tiba. Hal itu agar proses modifikasi cuaca berjalan efektif.
"Agar lebih optimal, TMC harusnya dilakukan sebelum puncak musim kering," katanya saat menghadiri rapat evaluasi Teknologi Modifikasi Cuaca, Kamis kemarin.
Dia mengatakan operasi TMC di Kalsel direncanakan akan dilakukan hingga akhir Juli, sehingga pada puncak musim kering lahan gambut tetap terjaga kebasahannya.
Hujan buatan di langit Kalsel sempat terhenti pada 12 Juli 2023 setelah pesawat yang digunakan dalam masa pemeliharaan.
Operasi TMC yang kembali digulirkan mulai 23 Juli 2023 dan masih terus berlangsung hingga hari 28 Juli.
Sejak operasi berlangsung sejak 7 sampai 11 Juli dan kembali dilanjutkan mulai 23 Juli, pihak BRIN telah melaksanakan 13 sorti penerbangan penyemaian awan dalam 29 jam 55 menit dengan menghabiskan 10,4 ton bahan semai.
"Meski hujan terpantau minim, namun TMC terus diupayakan untuk mengoptimalkan potensi awan yang ada," sahut Koordinator Lapangan Operasi TMC Kalsel, Adi Bayu Rusandi.
Baca Juga: Sempat Mendarat Darurat di Pangkalan Bun, Heli BNPB Tiba di Kalsel
Memasuki akhir Juli ini, gangguan meteorologis seperti keberadaan siklon tropis doksuri di sekitar perairan Filipina berdampak pada berkurangnya potensi pertumbuhan awan di Kalsel.
"Namun begitu, kami tetap berupaya mengoptimalkan potensi awan yang ada untuk membantu pembasahan lahan gambut di Kalsel," katanya.
Pembasahan lahan melalui TMC memang difokuskan sebagai langkah antisipasi puncak musim kering.
Baca Juga: Tambah Dua dari Tapin, Total Jemaah Haji Embarkasi Banjarmasin Meninggal Dunia jadi 19 Orang
Hasil kegiatan TMC selama periode 7-11 Juli mampu membasahi lahan gambut di Kalsel. Ini dibuktikan dari hasil pengukuran tinggi muka air tanah gambut yang naik 1-2 sentimeter.
Meskipun pada periode lanjutan yang dimulai pada 23 Juli hingga sekarang ada kecenderungan penurunan TMAT, namun tidak terlalu tajam.
"Masih di atas kategori rawan (-0,4 m) sehingga kami harapkan saat memasuki puncak musim kemarau lahan gambut tidak berada dalam kondisi kering yang ekstrem," tandasnya.