bakabar.com, JAKARTA - Centre of Economics and Law Studies (Celios) mengingatkan Indonesia perlu mempersiapkan pasar tenaga kerja saat menyambut revolusi indistri 4.0. Sebab, saat ini sebanyak 60 persen didominasi lulusan SMP ke bawah.
"Itu yang perlu kemudian dilakukan percepatan agar keahlian mereka bisa masuk mengisi industri 4.0," kata Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira saat dihubungi bakabar.com, Jumat (12/5).
Bhima mengungkapkan di bidang pengembangan sumber daya manusia juga diperlukan kemampuan tinggi yang dapat dilakukan dengan cara retraining dan reskilling. Peningkatan kapasitas tersebut akan membuat meningkatkan kebutuhan tenaga kerja.
Baca Juga: Blibli Bangun Gudang Baru, Siap Serap Ribuan Tenaga Kerja
"Itu pun sudah ditunjukan di berbagai studi misalnya di negara yang sudah lebih dulu melakukan industri 4.0 seperti Jerman," paparnya.
Dengan begitu, secara tidak langsung akan menciptakan surplus permintaan tenaga kerja. Sebaliknya, tenaga kerja yang berkurang atau permintaan yang berkurang dapat diminimalisir
"Tapi justru terjadi kenaikan permintaan terutama di sektor industri manufaktur," ujar Bhima.
Baca Juga: Data Tenaga Kerja AS Lebih Kuat dari Ekspektasi, Rupiah Tak Berdaya
Sebagai informasi, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan Indonesia mempunyai satu tantangan ke depan berkaitan dengan ketersediaan lapangan kerja.
Ia menyebut akan ada banyak lapangan kerja yang hilang, karena perkembangan teknologi yang masif. Apalagi dunia digital dalam industri 4.0 yang semakin mempengaruhi semua lini pekerjaan.
Berdasarkan data World Economic Forum Future of Jobs 2023 Report, dalam 5 tahun ke depan akan ada 83 juta lapangan pekerjaan yang hilang. Meskpun demikian akan tumbuh 69 juta lapangan pekerjaan baru.