bakabar.com, JAKARTA – "Salatlah kalian sebagaimana kalian melihatku salat", begitu sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Malik bin al-Huwairits RA. Lantas bagaimana salat generasi sekarang yang tak sempat melihat Rasulullah SAW?
Dalam hal ini, K.H.R. Ahmad Azaim Ibrahimy mengatakan bahwa ketika seseorang melaksanakan salatnya tidak sama, antara orang yang salat hanya karena sebatas dengar, salat yang hanya sebatas membaca dari buku. Itu tidak sama dengan orang yang salat mengikuti ajaran gurunya, dan mempraktikkan langsung gerakan salat dari gurunya.
Itulah pentingnya belajar kepada guru yang memiliki sanad keilmuan yang jelas. Praktik salat guru yang telah berguru kepada guru-gurunya, yang guru-gurunya itu telah sampai pada Baginda Nabi Muhammad SAW. Di mana salat tersebut telah sampai silsilahnya kepada Rasulullah yang sudah bersabda, "Shallu kama ra aitumuni ushalli".
"Ketika kita salat dengan meniru gerakan salat guru kita yang keilmuannya telah sampai kepada Baginda Nabi, kita seolah bersalat di belakang Baginda Nabi Muhammad SAW," ujar Kiai Ahmad Azaim.
Ketika kita salat, sambung Kiai, disertai rasa kerinduan dan cinta kepada Nabi Muhammad SAW, maka akan merasa hanyut dalam perintah beliau, dalam ajakan beliau tentang "shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku salat".
Dengan begitu, lanjut Kiai, maka takbirnya kita bagaikan takbirnya baginda Nabi Muhammad SAW. Bacaan iftitah kita bagaikan bacaan iftitah Baginda Nabi Muhammad Saw. Fatihahnya adalah fatihah Baginda Muhammad SAW., ayat-ayatnya adalah ayat Baginda Nabi Muhammad SAW. Rukuknya adalah rukuk Nabi Muhammad SAW, tasbihnya itu adalah tasbih Nabi Muhammad SAW. Takbir intiqal-nya adalah takbir intiqal Baginda Nabi Muhammad SAW, I'tidal-nya adalah I'tidal Nabi Muhammad, sujudnya juga sujud Nabi Muhammad, tahiyatnya juga tahiyat Baginda Nabi Muhammad, bahkan ketika usai salam adalah salamnya Baginda Nabi Muhammad. Seluruh shalatnya mengikuti Baginda Nabi Muhammad, yang menembus ruang dimensi mengikuti ittiba' shalat Baginda Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itulah, setiap orang-orang saleh yang telah mencapai derajat kemuliaan, dia sedang berada dalam keteladanan Sayyidina Muhammad SAW.
"Tidak ada di dunia ini wali yang paling hebat, ahthab, anjab, syadad, ahbab, kecuali melebur dalam makna insan kamil Baginda Nabi Muhammad SAW. Maka insan kamil itu hanya satu, tidak ada duanya. Yang lain hanya mengikuti dan larut tenggelam dalam keteladanan ilmu Sayyidina Muhammad SAW," jelas Kiai.
"Semoga kita senantiasa bersama Baginda Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan kita, keseharian kita, setiap nafas kita, pikiran kita, sehingga dengan itulah kita mendapatkan ridha Rabbu-nya Muhammad, Tuhannya Baginda Nabi Muhammad SAW, Rabbul 'aalamiin, Allah subhanahu wa ta'ala. Aamiin ya Rabbal 'aalamiin," pungkasnya.
Sumber: Republika
Editor: Muhammad Bulkini