bakabar.com, BANJARMASIN - Menjelang semifinal Piala Dunia 2022, adu penalti menjadi salah satu situasi yang berpeluang terjadi. Lantas seberapa besar campur tangan keberuntungan dalam adu penalti?
Semifinal Piala Dunia 2022 memunculkan sejumlah kejutan. Salah satu yang paling mencolok adalah keberhasilan Maroko mencapai empat besar.
Kejutan tersebut dipastikan semakin besar, seandainya Hakim Ziyech cs mampu menghentikan keperkasaan juara bertahan Prancis di semifinal, Kamis (15/12) dini hari.
Adapun semifinal lain mempertemukan Kroasia dengan Argentina, Rabu (14/12) dini. Ini merupakan kesempatan kedua Lionel Messi cs memenangi Piala Dunia dalam lima edisi terakhir.
Dalam partai semifinal, pemenang bisa saja ditentukan di babak normal, babak tambahan waktu, hingga bahkan adu tendangan penalti.
Banyak yang menyebut keberuntungan berperan besar dalam adu tendangan penalti. Faktanya pemain-pemain berkaliber superstar pun pernah gagal menyelesaikan tendangan penalti.
Namun berdasarkan penelitian di bidang ilmu olahraga, baik secara psikologis maupun fisiologis, keberuntungan bukan faktor utama yang menjadi penentu.
"Di antara sekian banyak peneliti yang giat terlibat penelitian adu penalti adalah Geir Jordet dari Norwegia," tulis dosen psikologi Yayasan Rumah Sakit Islam Indonesia (YARSI) Jakarta, Sunu Bagaskara, dalam buletin psikologi.
"Jordet beserta sejumlah kolega menemukan bukti-bukti empiris bahwa kesuksesan ataupun kegagalan dalam adu penalti dapat diprediksi melalui sejumlah faktor yang melekati pemain," imbuhnya.
Berikut rangkuman dari hasil penelitian yang dilakukan Geir Jordet:
1. Stres
Dalam penelitian yang dilakukan, Geir Jordet menganalisis video dan catatan pertandingan, khususnya ketika adu penalti di turnamen-turnamen besar sepakbola dunia seperti Piala Dunia, Liga Champions Eropa dan Copa America.
Ditemukan bahwa kesuksesan tendangan penalti di Piala Dunia (71,2 persen) jauh lebih kecil daripada turnamen lain. Dijabarkan Liga Champions memiliki persentase berhasil 84,6 persen dan Copa Amerika 82,7 persen.
Diduga semakin sebuah turnamen dianggap penting, maka semakin besar pula tekanan dan kecemasan pemain. Stres inilah yang akhirnya menyebabkan penurunan performa pemain.