bakabar.com, JAKARTA - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengecam Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang dianggap ikut menghasut kerusuhan dan mencampuri urusan dalam negeri Iran.
“Amerika Serikat akan gagal dalam menghasut kerusuhan,” kata Kanaani, sebagaimana dikutip RT.com, Senin (17/10). Pernyataan itu muncul setelah Presiden AS Joe Biden mendukung protes anti-pemerintah di seluruh Republik Islam.
Protes dan bentrokan dengan polisi meletus bulan lalu setelah seorang wanita berusia 22 tahun, Mahsa Amini, meninggal dalam tahanan setelah ditahan oleh polisi moral Iran di Teheran. Mahsa Amini diisukan telah disiksa karena tidak mengenakan jilbab.
Kanaani menuduh Biden pada hari Sabtu telah mendukung kerusuhan.
“Mengingat fakta bahwa dia tidak memiliki penasihat terpercaya atau ingatan yang baik, saya mengingatkannya bahwa Iran begitu kuat dan tabah sehingga tidak akan menyerah pada sanksi kejam dan ancaman kosongnya,” kata Kanaani, seperti dikutip oleh Press TV.
Diplomat itu menyatakan bahwa republik Islam itu tidak akan terpengaruh oleh intervensi dan pernyataan seorang politisi yang lelah dengan kampanye sia-sia melawan Iran.
"Kami akan bersama-sama mempertahankan kemerdekaan Iran," tambahnya.
Pada hari Jumat, berbicara kepada wartawan di Portland, Oregon, Biden menyebut pemerintah Iran telah menindas warganya. Dia terkejut dengan keberanian orang-orang dan wanita yang turun ke jalan. “Ini benar-benar luar biasa,” kata Biden.
AS telah memberlakukan dua putaran sanksi terhadap polisi moral Iran dan beberapa pejabat, termasuk dua menteri pemerintah, atas apa yang disebutnya "penindasan kekerasan terhadap protes damai."
Setidaknya 240 orang telah tewas selama protes di seluruh Iran, menurut kantor berita HRANA, yang melaporkan masalah hak asasi manusia.
Pada hari Sabtu, kebakaran terjadi di Penjara Evin di Teheran, tepat di tengah kerusuhan. Kebakaran itu menewaskan empat narapidana. Pihak berwenang menyalahkan "bentrokan" antara narapidana atas insiden tersebut.
Laporan resmi yang dirilis minggu lalu, mengatakan bahwa Amini mengalami koma dan meninggal karena kondisi yang mendasarinya dan bukan karena kekerasan fisik.
Sebuah penyelidikan oleh parlemen Iran sampai pada kesimpulan yang sama pada hari Minggu. Laporan itu juga menyebutkan bahwa ambulans tidak bisa sampai ke Amini dengan cepat karena kerumunan di depan kantor polisi.